Mengenal Patung dan Monumen Unik di Jakarta (2)

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Patung dan Monumen Unik di Jakarta (2)

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Rabu, 17 Jun 2020 08:45 WIB
Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta berencana menata ulang air mancur di Bundaran Hotel Indonesia HI, Jakarta Pusat. Rencananya perbaikan itu akan dimulai tahun depan. Landmark tugu selamat datang itu banyak pompa airnya yang rusak sehingga menyeba
Foto: Rachman Haryanto/detikFoto
Jakarta -

Sebagai kota metropolitan, Jakarta punya sejarah panjang yang menarik disimak. Perjalanannya bisa dilihat dari patung dan monumen yang ada.

Dalam waktu dekat Jakarta akan kembali berulang tahun pada 22 Juni mendatang. Namun, apakah Anda sudah mengenal Jakarta dan segala sudutnya?

Salah satu cara paling sederhana untuk mengenalnya adalah dengan lewat patung dan monumen yang tersebar di Jakarta. Bukan tanpa alasan, tiap patung dan monumen yang ada di Jakarta mewakili cerita dan sejarah perjalanan Jakarta selama ratusan tahun sejak merdeka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikcom pun berkesempatan untuk melihat dan mengenal lebih jauh Jakarta lewat tur virtual patung & monumen di Jakarta yang diselenggarakan oleh Jakarta Good Guide (JGG) pada Sabtu pekan lalu (13/6).

Dipandu oleh pemandu berlisensi dari JGG, Kartika Desma, setidaknya ada delapan patung yang berdiri di Jakarta dengan sejarah panjangnya. Dirangkum detikcom, berikut bagian keduanya:

ADVERTISEMENT

5. Patung Arjuna Wibawa

Berlokasi tak jauh dari Monas, ada Patung Arjuna Wibawa yang juga menjadi salah satu ikon Jakarta. Patung itu menjadi salah satu karya maestro perupa Nyoman Nuarta selain Patung GWK yang populer di Bali.

"Dulu diprakarsai oleh Presiden kedua kita Soeharto tahun 1978. Saat itu Presiden Soeharto baru kembali dari Turki," ujar Kartika.

Jokowi dan PM India Shri Narendra Modi di Patung ArjunaJokowi dan PM India Shri Narendra Modi di Patung Arjuna (Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Berbeda dengan Sukarno, Presiden Soeharto lebih menginginkan sebuah patung yang disebutnya sarat filosofi tinggi. Nyoman Nuarta pun mengabulkannya lewat sosok Arjuna yang tengah berperang dalam Kisah Mahabharata.

"Beliau pilih Arjuna Wijaya, legenda yang ada di Indonesia, Mahabharata. Kudanya ada delapan, filosofi delapan aspek kepemimpinan Astabrata, bumi, angin, air matahari, bulan, bintang, samudera, dan api," kata Kartika.

Dengan keterampilan Nyoman Nuarta, patung kuda yang berjumlah 8 itu pun tampak lebih banyak dari aslinya. Secara teknis, patung berbahan tembaga kuningan itu memiliki panjang 25 meter, lebar 3 meter dan total berat 3,5 ton.

6. Patung di Monas

Traveler yang berkunjung ke daerah Monas di Jakarta Pusat mungkin pernah memperhatikan sejumlah patung yang ada di kawasan tersebut. Sudah tahu apa saja?

"Karena mereka punya nilainya masing-masing. Diponegoro, perang dia paling banyak makan korban dan pemimpin karismatik. Chairil Anwar penyair, RA Kartini penggerak emansipasi wanita, MH THamrin politikus, background yang berbeda," pungkas Kartika.

Patung RA Kartini di Monas yang kena fitnah propaganda anti China. Padahal itu tulisan kanji, patung hadiah Jepang untuk IndonesiaPatung RA Kartini di Monas (Cici Marlina Rahayu/detikcom)

Hanya di luar patung perseorangan yang disebutkan di atas, ada juga patung yang menjadi penanda peristiwa Ikada di Monas. Bagi yang masih ingat, Lapangan Ikada adalah nama Monas dahulu.

"Patung IKADA, ini tokoh-tokoh pemuda yang menggambarkan semangat antusiasme mereka saat Rapat IKADA 1945. Jadi monumen ini dibuat untuk mengingatkan peristiwa IKADA (proklamasi kedua). 250 ribu orang memenuhi Taman IKADA (sekarang Monas) untuk dengar pidato Soekarno tentang kemerdekaan ini," ujar Kartika.

Adapun, momen pidato Sukarno yang disaksikan para Pemuda itu hanya berlangsung pendek sekitar 5 menit. Alasannya, ada tentara Jepang yang mengepung Lapangan Ikada dari berbagai penjuru.

Oleh karenanya, peristiwa bersejarah itu dikenang lewat patung tersebut yang memiliki citra 5 orang pemuda dengan kibaran bendera merah putih. Sungguh sarat makna.

7. Patung Jenderal Sudirman

Kemudian, ada Patung Jenderal Sudirman di Jakarta Pusat. Patung yang satu ini juga tak akan kamu lewatkan jika melewati jalan protokol Jakarta.

"Panglima Jenderal pertama, jenderal besar Indonesia selain Ahmad Yani, Soeharto," Kartika mengungkapkan.

Memiliki tinggi sekitar 12 meter, Patung Jenderal Sudirman juga sempat masuk dalam sejumlah film. Salah satu yang populer adalah di film Naga Bonar yang dibintangi oleh aktor kawakan Dedi Mizwar.

"Yang dipermasalahkan kenapa posenya harus hormat ke jalanan. Orang segagah itu kok ditaruhnya di jalanan, hormat ke siapa saja," Kartika menguraikan.

Patung Jenderal Sudirman di Jakarta Diperbaiki (Kanavino AR/detikcom)Patung Jenderal Sudirman di Jakarta Diperbaiki (Kanavino AR/detikcom)

Menjawab kritikan itu, pihak keluarga Panglima Jenderal Sudirman menyatakan sikapnya. Diungkapkan oleh keluarga, mereka tak mempermasalahkan soal itu.

"Moralnya mereka setuju dengan pose ditaruh di sana, karena memang itu karakternya Jenderal Soedirman yang meninggal di umur 35 tahun. Cucunya itu bilang kakek itu sangat mengemban amanah, akan hormat pada siapa saja yang memberi amanah, rakyat Indonesia. Memang itu filosofinya," Kartika menjelaskan.

Saking hebatnya, patung Jenderal Soedirman juga dapat dijumpai di sejumlah wilayah di Indonesia. Malah patungnya juga dapat dijumpai di Negeri Sakura Jepang.

8. Patung Selamat Datang

Terakhir ada Patung Selamat Datang di Bundaran HI, Jakarta Pusat. Dibangun oleh perupa maestro Edhi Sunarso, patung yang menjadi salah satu ikon Jakarta ini dibangun di masa Gubernur Jakarta Henk Ngantung.

"Patung Selamat Datang, menyambut atlet. Edhi Sunarso, desain Henk Ngantung gubernur kala itu," ujar Kartika.

Patung Selamat Datang di Bundaran HIPatung Selamat Datang di Bundaran HI (Ari Saputra/detikcom)

Sejarahnya, patung itu diinisiasi oleh Presiden Sukarno untuk menyambung gelaran Asian Games IV di tahun 1962. Pembangunannya sejalan dengan Hotel Indonesia yang menjadi wisma atlet kala itu.

Di sisi lain, tak sedikit yang menyebut Patung Selamat Datang di Bundaran HI sebagai mata yang sarat dengan organisasi Freemason yang kontroversial. Padahal, tidak seperti itu.

"Kenapa kayak mata, kalau dua mata makan tempat. Kalau kotak ini kan bundaran. Ketiga, filosofi matanya untuk harapan, bisa sebagai pusat menyadari sekitarnya," kata Kartika.

Itulah cerita di balik sejumlah patung dan monumen yang ada di Jakarta. Apabila berkesempatan lewat, tak ada salahnya mengagumi keindahan dan pesan personal dari masing-masing patung tersebut dan andilnya dalam perjalanan bangsa.


Hide Ads