Fakta menarik lainnya, identitas asli Pulau Rupat terbentuk dari Suku Akit Atas di Desa Titi Akar. Dahulu dinamakan Pulau bertukar tempat, di mana kemudian menjadi Pulau Rupat.
"Pulau sebesar Pulau Rupat ini sejarahnya pulau bertukar tempat. Asal-usul pulau bertukar tempat ini asal terjadinya dan Titi Akar sukunya bertempat di Desa Titi Akar," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Potensi Pulau Rupat dan Pekerjaan Rumahnya |
Kisah itu erat kaitannya dengan cerita perjalanan Suku Akit Atas yang bertemu dengan pemilik Pulau Rupat terdahulu, Datuk Empang Kelapahan. Di mana dia bersedia pulaunya ditukar oleh sejumlah barang sebagai syarat.
"Dahulu Pulau Rupat ini ditukar dengan pemilik Pulau Rupat yang bernama Datuk Empang Kelapahan, dan permintaan dari Datuk Empang Kelapahan beliau bersedia meninggalkan pulau ini dan menyerahkan ke Suku Akit Atas dengan catatan sekelompok Suku Hutan dan Suku Akit Atas dapat memenuhi permintaan. Beliau meminta sebatang dayung emas, sekerat tamping sagu," cerita Sukarto.
Setelah memenuhi syarat itu, Suku Akit Atas melakukan perjalanan dan merantau di kecamatan Utara Pulau Rupat hingga kini. Barulah setelah itu, suku lain datang dan ikut meninggali Pulau Rupat.
![]() |
Selain meminta keterangan dari Kepala Desa Titi Akar, detikTravel juga sempat berbicara dengan salah satu sesepuh suku bernama Boyan. Sebagai salah satu yang dituakan, Boyan kerap disebut sebagai Batin Sekecamatan.
Senada dengan Sukarto, Boyen juga menegaskan kembali kalau dahulu Suku Akit Atas berasal dari Kesultanan Siak Indrapura yang ada di daratan Riau.
"Ya, kami dulunya dari Sultan Siak. Waktu itu anaknya mau pesta, dia memanggillah sepuh-sepuh untuk membikin tema. Maka itu lah kami 3 suku datang ke Siak. Satu Suku Rupat, Suku Akit, Suku Akit Atas. Kami dari Desa Titi Akar Pulau Rupat ini, digelarnya Suku Akit Atas," ujar Boyan.
![]() |
Lebih lanjut, gelar Suku Akit erat kaitannya dengan mandat dari Sultan Siak. Di mana dahulu Suku Akit ditugaskan untuk membuat rakit dari kayu yang ditebang oleh Suku Hutan. Pemberian gelar itu juga diperkuat dengan surat khusus yang telah ada sejak zaman Hindia Belanda.
"Waktu kami nebang kayu ini, orang hutan tadi menebang kayu, orang atas macam sungai orang tadi memotong kayu membuat rakit, supaya rakit sampai ke tempat yang dimaksud," tambahnya.
Walau merupakan suku asli dan pertama di Pulau Rupat, mayoritas Suku Akit Atas beragama Buddha. Adapun dapat ditemui juga pemeluk agama lain di desa tersebut.
Sedangkan untuk pekerjaan, dahulu Suku Akit menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian atau kegiatan perladangan. Hanya oleh salah satu anggota masyarakat yang dituakan, Anyang Be, telah terjadi pergeseran profesi.
"Sekarang cuma hanya yang kita tahu di kampung cuma tiga yang sebenarnya. Sekarang perkebunan kecil, sawit, karet, nelayan. Kalau dulunya kita hari-harinya kerja di hutan, ladang padi nenek moyang kita. Sekarang semenjak dilarang pembakaran hutan, lahan kita tak bisa lagi melanjutkan itu karena membakar dilarang sekarang. Pekerjaan lainnya di kampung gak ada," tutur Anyang Be.
Itulah cerita singkat tentang Suku Akit Atas yang mendiami Rupat Utara, termasuk juga kaitannya dengan asal muasal nama Pulau Rupat. Apabila datang ke pulau ini, sempatkanlah juga untuk mengenal suku asli yang satu ini.
---
Program Tapal Batas mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol