Negeri Burung dari Situbondo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Negeri Burung dari Situbondo

Chuk Shatu W - detikTravel
Senin, 02 Agu 2021 11:02 WIB
Kampung Blekok di Hutan Mangrove Situbondo
Foto: (Chuk Shatu W/detikcom)
Situbondo -

Sebuah kawasan di wilayah Situbondo seolah negeri para burung. Itu karena di wilayah ini, dihuni ribuan burung Blekok maupun beberapa jenis burung air lainnya. Seperti apa ?

Kawasan ini terletak di Dusun Pesisir, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Situbondo. Lingkungan dusun yang merupakan kawasan wisata alam berbasis konservasi ini lantas disebut Kampung Blekok.

Di kampung ini ribuan burung beragam jenis ini bermukim damai di kawasan hutan bakau atau mangrove. Hutan bakau merupakan hutan yang ada di bibir pantai. Sehingga di hutan ini terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik yang terbawa dari hulu sungai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamatan di lapangan, ada beberapa jenis mangrove tegakan di kawasan dengan luas total sekitar 27 hektar lebih ini. Terbanyak jenis rhizophora mucronata, rhizophora apiculata, dan avicennia marina. Pun sejumlah jenis lainnya, antara lain api-api dan sinjang.

Kampung Blekok di Hutan Mangrove SitubondoKampung Blekok di Hutan Mangrove Situbondo Foto: (Chuk Shatu W/detikcom)

Di kawasan ini juga dihuni beragam jenis burung. Terbanyak burung blekok sawah (ardeola speciosa). Pun ada jenis yang masuk kategori dilindungi. Yakni burung Kuntul Kecil (egretta garzetta), Kuntul Kerbau (bubulcus ibis), serta Gajahan Pengala (numenius phaeopus).

ADVERTISEMENT

Kerapatan vegetasi di hutan mangrove ini juga relatif baik. Yakni sekitar 2.500 pohon tegakan per hektar. Pun ketebalan hutan bakaunya rata-rata sekitar 1 km dari bibir pantai.

Untuk menyusuri kawasan hutan mangrove ini lebih dalam bisa melalui jembatan terbuat dari papan kayu selebar 3 meteran. Sehingga bisa menyusuri kawasan hutan bakau ini tanpa harus belepotan lumpur.

Jika ingin menikmati kawanan burung blekok terbang secara koloni, waktu paling tepat sekitar pukul 5 pagi atau 5 sore. Sebab, pada jam ini ribuan burung putih ini terbang berangkat dan pulang mencari makan ke kawasan lain.

Tak hanya itu. Untuk masuk kawasan tersebut juga bisa menggunakan perahu milik warga setempat. Perahu kayu ini memang banyak di tepian sungai yang letaknya tak jauh dari kawasan hutan mangrove itu.

Kampung Blekok di Hutan Mangrove SitubondoKampung Blekok di Hutan Mangrove Situbondo Foto: (Chuk Shatu W/detikcom)

Kesadaran warga sekitar dalam pengelolaan kawasan hutan mangrove dan burung blekok di kawasan itu juga sudah mulai meningkat. Terbukti, mulai banyak warga sekitar melakukan upaya penangkaran burung blekok itu.

Burung-burung itu ditangkarkan di kandang berukuran besar terbuat dari kawat ram atau karat terbentuk seperti jaring. Sengaja ditempatkan di dalam kawasan. Setelah besar, burung-burung itu lalu dilepasliarkan kembali.

Selanjutnya

Penangkaran itu juga dibuat masyarakat untuk merawat anakan burung blekok yang jatuh saat terjadi badai. Karena saat terjadi badai, banyak burung dewasa dan anakan yang mati karena terjatuh dari pohon.

"Dulu warga masih sering menebang kayu-kayu bakau itu untuk kayu bakar maupun dijual," kata Kholid, warga setempat, saat berbincang dengan detikcom, Minggu (1/8/2021).

Selain ditebang lalu dijadikan kayu bakar, warga sekitar masih menganggap keberadaan hutan mangrove itu sangat mengganggu aktivitas saat akan melaut maupun untuk mencari ikan di pantai.

"Tapi warga mulai sadar pentingnya hutan bakau. Karena di hutan bakau itu banyak juga kepiting. Selain dihuni burung blekok yang bisa jadi atraksi wisata," kata pria yang juga pegiat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat ini.

Belakangan, pemerintah Situbondo melalui Peraturan Bupati tentang Keanekaragaman Hayati menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan ekowisata mangrove dan burung air, serta eduwisata.



Simak Video "Video: Kronologi Bocah di Situbondo Kritis Setelah Dibakar 4 Temannya"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads