Telusuri Jejak Kehidupan Salah Satu Proklamator Indonesia di Bukittinggi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Telusuri Jejak Kehidupan Salah Satu Proklamator Indonesia di Bukittinggi

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Minggu, 17 Apr 2022 21:07 WIB
Telusuri Jejak Kehidupan Salah Satu Proklamator Indonesia di Bukittinggi
Foto: Rumah Bung Hatta (dok. Kemenparekraf)
Jakarta -

Ada sebuah rumah klasik yang bisa membawa wisatawan mengenal kehidupan Bung Hatta lebih dekat. Mulai dari kehidupannya semasa kecil hingga perjuangannya dalam kemerdekaan Indonesia.

Berlokasi di Bukittinggi, hadirnya kembali rumah kelahiran Bung Hatta ini diharapkan bisa mendorong generasi penerus untuk memahami kepribadian dan ketokohan sang proklamator. Letak Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta sangat dekat dengan jantung Kota Bukittinggi atau hanya perlu waktu berjalan sekitar 15 menit dari Jam Gadang.

Pria yang lahir dengan nama Muhammad Athar ini lahir di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902. Bung Hatta adalah anak dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Di kota kecil inilah dirinya dibesarkan di lingkungan besar ibunya. Ayahnya, Muhammad Djamil meninggal saat Bung Hatta berusia delapan bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telusuri Jejak Kehidupan Salah Satu Proklamator Indonesia di BukittinggiTelusuri Jejak Kehidupan Salah Satu Proklamator Indonesia di Bukittinggi Foto: (dok. Kemenparekraf)

ADVERTISEMENT

Bung Hatta memiliki enam saudara perempuan dari ibunya. Ayah tirinya, Haki Ning sangat menyayanginya. Bung Hatta bahkan tak tahu bahwa ayah yang dikenalnya adalah ayah tiri sampai usianya lima tahun.

Kisah mengenai Bung Hatta ini bisa wisatawan dapatkan di Rumah kelahiran Bung Hatta. Menurut keterangan salah seorang tour guide, Susi Susetiowati, ayah dari Wakil Presiden pertama sekaligus proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia itu meninggal pada usia 30 tahun.

"Jadi ayahnya itu punya istri 3, salah satunya adalah ibunya Bung Hatta. Pada saat Bung Hatta usia delapan bulan, ayahnya meninggal di usia 30 tahun. Jadi ia dibesarkan oleh ibu dan mamaknya atau yang berarti pamannya," kata Susi, dalam rilis yang diterima detikTravel dari Kemenparekraf, Minggu, (17/4/2022).

Bung Hatta hanya berada di rumah kelahirannya selama 11 tahun. Pada tahun 1913, Bung Hatta pindah ke Padang untuk melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yang kini dikenal dengan SMP 1 Padang. Bung Hatta juga menimba pendidikan di Prins Hendrik School (PHS) di Batavia. Dan melanjutkan pendidikan di Handels Hooge School- sekolah dagang di Rotterdam, Belanda dari tahun 1921-1932.

Meski relatif singkat berada di rumah kelahirannya, namun suasana di rumah ini memberi kenangan yang mendalam dan berperan besar dalam pembentukan wataknya. Bung Hatta sendiri dikenal dengan sosok yang sederhana, disiplin dan tepat waktu.

"Teman-temannya menilai beliau dengan sosok yang dingin, kaku, lebih suka membaca buku, daripada menghabiskan waktu untuk membicarakan hal yang tidak penting. Beliau ini benar-benar pekerja keras, dan disiplin sekali seperti kakeknya," kata Susi.

Artikel ini berlanjut ke halaman berikutnya:

Bung Hatta dididik dalam lingkungan keluarga yang taat menjalankan ajaran islam. Kakeknya dari pihak ayahnya, Abdurrahman Batuhampar dikenal sebaagai ulama pendiri Surau Batuhampar.

"Jadi Bung Hatta ini, kalau sudah waktunya shalat, beliau langsung bergegas ke masjid. Dan kalau pulang ke rumah, saat isya ataupun subuh setelah dari masjid, ia tidak masuk ke rumah lewat pintu depan, melainkan pintu belakang, karena ia takut membangunkan orang rumah, begitu besar toleransi beliau dalam memikirkan orang lain," ujarnya.

Ruang utama di lantai bawah dan lantai atas digunakan untuk memajang berbagai dokumentasi tentang perjalanan hidup Bung Hatta. Wisatawan dapat melihat bagian silsilah keluarga Bung Hatta, baik dari pihak ibu maupun ayahnya, bagian tersebut terpampang di dinding sebelah kiri dari pintu masuk.

Di kamar yang terletak di belakang rumah ini, wisatawan juga bisa menemukan koleksi berupa sepeda ontel tua, dan dokar tua yang dahulu pernah dipergunakan Bung Hatta semasa mudanya. Di belakang kamar tersebut merupakan kamar Bung Hatta saat masih bujang.

"Semua barang-barang yang ada di sini juga replika, jadi meniru barang-barang yang ada di foto dahulu kala," kata Susi.

Wisata museum ini sayang jika dilewatkan, apalagi untuk tiket masuk sama sekali tidak dikenakan biaya. Museum ini beroperasi setiap hari, mulai pukul 08.00-17.00 WIB.


Hide Ads