Kenapa Bandung Tidak Ada Kawasan Pecinan?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kenapa Bandung Tidak Ada Kawasan Pecinan?

Anindyadevi Aurellia - detikTravel
Minggu, 22 Mei 2022 22:04 WIB
Jejak keturunan Tionghoa di Bandung.
Jejak keturunan Tionghoa di Bandung (Foto: Anindyadevi Aurellia)
Bandung -

Banyak daerah di Indonesia yang memiliki kawasan pecinan. Kawasan pecinan ini merujuk pada penghuninya yang mayoritas warga asli atau keturunan Tionghoa.
Beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Cirebon, punya beberapa pecinan. Namun, di Kota Bandung ternyata tidak ada kawasan pecinan.

"Suatu wilayah bisa dikatakan kampung pecinan secara spesifik jika ada bangunan asli, penduduk yang mayoritas, dan tempat ibadah asli keturunan Tionghoa seperti vihara. Namun di Bandung, tidak ada wilayah yang bisa dikatakan kampung pecinan," ungkap Story Teller Cerita Bandung Femis Aryani saat sedang memandu kegiatan walking tour Sabtu (21/5/2022).

Tidak ada satu wilayah pecinan yang spesifik. Sehingga, peserta harus mengitari beberapa rute jalanan. Ia menceritakan secara detail bagaimana pecinan bisa terbentuk hingga akhirnya menyebar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama adanya faktor politik. Pemerintah Hindia Belanda mewajibkan penduduk yang berasal dari wilayah yang sama untuk dikelompokkan pada wilayah tertentu. Di Bandung, penduduk keturunan Eropa tinggal di wilayah Bandung Utara, pribumi di Bandung Selatan, sementara keturunan Asia Timur di sekitar Alun-Alun dan Bandung Barat," cerita Ci Fei, sapaan akrabnya.

Faktor lainnya tentu saja faktor sosial. Datang merantau dari daerah jauh, tentu akan merasa tenang dan aman jika berada di satu kawasan dengan teman-teman yang dikenal atau dari daerah sama. Dari situlah terbentuk Chinese Camp di Bandung.

ADVERTISEMENT

"Bandung adalah kota yang masih muda jika dibandingkan Surabaya dan Jakarta. Sehingga Chinese Camp yang terbentuk pun tak sekental kota lainnya. Belum terbangun pecinan secara spesifik, sudah ada peraturan baru lagi yang membolehkan Tionghoa untuk tinggal di luar wilayah camp," terang perempuan yang sudah belasan tahun menggeluti dunia pariwisata itu.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar, baca selengkapnya di sini.




(ddn/ddn)

Hide Ads