Ada banyak perlombaan lari marathon di dunia, sampai ada yang benar-benar anti mainstream, alias tidak biasa. Dihimpun detikTravel, Kamis (15/9/2016), inilah 4 lomba lari marathon paling anti mainstream di dunia.
1. Run The Pyongyang Marathon, Korea Utara
![]() |
Ajang marathon anti mainstream pertama datang dari Korea Utara. Ya, negara yang dipimpin oleh diktator Kim Jong Un ini setiap tahunnya menyelenggarakan lomba lari marathon, dan percaya tidak percaya banyak juga yang ikutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kyoro Tours menawarkan paket bagi wisatawan untuk bisa mengikuti lomba ini. Ada beberapa paket wisata yang bisa dipilih, seperti 3 Night Pyongyang Marathon Tour seharga 1.100 Euro atau setara Rp 16,8 juta. Ada pula 7 Night Pyongyang Marathon & Kim Il Sung Birthday Tour 2016 seharga 1.860 Euro atau sekitar Rp 28,5 juta. Yang paling murah, 2 Night Pyongyang Marathon Tour 2016 seharga 900 Euro atau sekitar Rp 13,6 juta.
Selain ikut lari maraton, paket yang ditawarkan sudah termasuk acara Pyongyang City Tour. Turis bakal diajak menjelajahi Pyongyang dan diperbolehkan juga untuk foto-foto. Banyak juga wisatawan dari negara di luar Korea Utara yang ikut lomba marathon ini. Namun nampaknya, mesti berpikir dua kali mengingat resiko keamanan yang mungkin akan traveler hadapi.
2. Afghanistan Marathon, Afghanistan
Wisata lari anti mainstream lainnya ada di Afghanistan. Ya, negara yang carut marut akibat peperangan ini tak mau kalah dengan Korea Utara. Lewat operator tur Untamed Borders dan organisasi Free to Run, mereka menggelar Afghanistan Marathon.
Event Afghanistan Marathon diselenggarakan setiap bulan Oktober. Pesertanya mencapai sekitar 120 orang setiap tahunnya, yang mana setengahnya adalah wisatawan asing. Mereka akan berlomba lari adu cepat hingga mencapai garis finish di Kota Bamyan, yang punya Patung Buddha raksasa.
Penyelenggara lomba marathon ini pun menjamin keamanan para pesertanya. Para peserta sampai harus dikawal oleh pihak keamanan bersenjata. Mereka mengenakan Balaclava sambil menenteng senapan mesin. Wow!
Sepanjang lomba lari marathon ini, traveler akan disuguhkan keindahan alam Afghanistan yang masih belum banyak dijelajahi wisatawan. Mereka akan melihat indahnya lembah Bamyan serta desa setempat. Tak hanya itu, karena jalur lomba masih sangat alami terkadang para peserta mesti menyingkirkan domba-domba yang digembalakan warga lokal Afghanistan sebelum melanjutkan lomba. Ada-ada saja!
3. UVU Jungle Marathon, Brasil
Tak kalah menantangnya dengan Afghanistan Marathon dan Pyongyang Marathon, ada juga lomba lari yang akan memacu adrenalin sampai maksimal. Apalagi kalau bukan UVU Jungle Marathon, lomba lari marathon dengan trek keluar masuk Hutan Amazon di Brasil.
Amazon dikenal sebagai hutan belantara yang masih menyimpan sejuta bahaya tak terlihat. Namun itu tidak menghalangi niat para petualang yang juga pehobi olahraga lari yang ingin ikutan lomba lari. Jalanan berlumpur, serta ancaman hewan buas seperti anaconda, piranha sampai buaya tak menjadi halangan bagi mereka untuk mencapai garis finish.
Lomba lari ini digelar setiap tahun untuk acara amal. Donasi yang didapatkan selama ajang lomba lari ini akan disumbangkan ke yayasan Actions of Brazil's Children Trust, yang akan digunakan untuk kesejahteraan anak-anak miskin di Brasil.
Traveler akan menempuh jarak total mencapai 254 Km, dari titik start untuk menuju garis finish di perlombaan ini. Para peserta harus melintasi trek di tengah udara panas dan kelembaban tinggi. Tak jarang, para peserta juga harus memanjat akar-akar dan melintasi arus sungai. Benar-benar anti mainstream!
4. Badwater Ultramarathon, AS
Lomba lari anti mainstream berikutnya ada di AS. Bisa dibilang, lomba lari ini adalah lomba lari paling sadis di dunia, karena lokasi lomba ini digelar di Death Valley, yang dikenal sebagai salah satu tempat terpanas di planet bumi.
Suhu rata-rata di Death Valley bisa mencapai 40 derajat celcius! Suhu tertinggi yang pernah dicatat di tanah gersang ini mencapai 56,7 derajat celcius. Saking panasnya, telur bisa diceplok di aspal jalanan Death Valley.
Tentu saja traveler yang ikut lomba marathon ini mesti menyiapkan fisik yang super prima. Selain menguras stamina, tentu saja suhu tinggi jadi tantangan ekstra yang mesti dihadapi traveler. Total jarak yang harus ditaklukkan traveler juga tidakk main-main, mencapai 217 Km!
Itu masih belum seberapa, trek yang akan dilalui traveler tidak hanya berupa jalanan lurus saja, ada trek yang naik turun bak di pegunungan. Titik tertingginya ada di Gunung Whiskey dengan ketinggian 4.421 mdpl.
Dengan tantangan seberat itu, para peserta banyak terancam dehidrasi, mual, halusinasi bahkan terkena heat stroke. Namun anehnya, setiap tahun ada saja traveler yang sengaja ikut perlombaan ini untuk menantang diri dan melihat seberapa tangguh dirinya. Tertarik? (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum