Jelang Imlek, Lihat 9 Kawasan Pecinan Bersejarah di Dunia Yuk

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jelang Imlek, Lihat 9 Kawasan Pecinan Bersejarah di Dunia Yuk

Femi Diah - detikTravel
Kamis, 11 Feb 2021 20:18 WIB
Berbagai persiapan dilakukan oleh warga Tionghoa di Glodok, Jakarta Barat, untuk menyambut hari Raya Imlek. Warna merah mendominasi pemukiman.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Tahun baru Imlek segera tiba. Rupanya, Pecinan atau Kampung China (Chinatown) tersebar di banyak negara, termasuk Indonesia.

Pecinan merupakan kawasan yang dihuni oleh para imigran dari China saja. Ditandai dengan rumah ibadah dan pasar.

Lama-kelamaan, masyarakat sekitar berbaur dengan warga Tionghoa sehingga kawasan itu ditinggali berbagai etnis. Dilansir dari CNN Travel sejumlah Pecinan cukup besar di beberapa negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut 9 pecinan besar yang ada di negara berbeda:

1. Havana, Kuba

Havana menyisakan secuil pecinan yang pernah menjadi yang terbesar di Amerika Latin, Barrio Chino. Bahkan, warga setempat menyebut kawasan itu sebagai pecinan tanpa orang Tionghoa.

Pecinan di HavanaPecinan di Havana Foto: Getty Images/Ernesto TereΓ±es

"Sejak didirikan, lingkungan Tionghoa terbuka yang menghasilkan campuran antara orang Tionghoa dan penduduk asli negara itu," kata Teresa Maria Li, Direktur Rumah Seni Tradisional Tionghoa, seperti dikutip France24.

ADVERTISEMENT

Perawakan penduduk di pecinan ini sudah campuran Kuba dan Tionghoa, namun aktivitas para pensiunan masih menyisakan budaya China, seperti bermain mahyong.

2. Kolkata, India

Diperkirakan, hanya sekitar 5.000-10.000 orang India-Tionghoa yang masih tinggal di Kolkata. Jumlahnya terus menurun sejak perang China-India tahun 1962 dengan banyak yang beremigrasi ke negara-negara Barat.

Pecinan di Kolkata, IndiaPecinan di Kolkata, India Foto: Getty Images/RNMitra

Di Kolkata masih ditemukan kuil Tao, pasar yang menjual dimsum di keranjang bambu dan toko barang China dengan alat hitungnya dari sempoa juga kolkatan chow mien yang bisa ditemukan di hampir semua sudut jalan.

Makanan China adalah masakan paling populer di Kolkata.

3. Bangkok, Thailand

Pecinan Bangkok menyerupai Hong Kong tahun 1960-an. Kawasan itu merupakan lingkungan dengan pasar, street food, dan toko emas dengan papan nama dengan bahasa China dan Thailand.

Crowd walking on Yaowarat Road Chinatown Bangkok. All the area is very popular at night because of the excellent street foodPecinan di Bangkok di Yaowarat Road katanya punya streetfood yang luar biasa. Foto: iStock/Gettyimages

Kawasan itu tidak berubah sejak 200 tahun lalu, ketika komunitas Tionghoa pindah ke sini. Chinatown dikenal sebagai Yaowarat.

Theculturtrip menyebut pecinan di Bangkok ini sebagai pecinan terbesar di dunia. Selain makanan, kawasan ini juga terasa pecinan dengan adanya kuil Wat Traimit atau Budha Emas dan Wat Mangkon Kamawalat.

4. Binondo, Filipina

Traffic passes under the new (2015) Chinatown arch in Manila, Philippines (July 27, 2019)Binondo, pecinan di Filipina Foto: iStock

Binondo merupakan pecinan tertua di dunia, didirikan pada 1590-an oleh Spanyol sebagai pemukiman untuk Katolik Tionghoa. Posisinya dibuat sedemikian rupa agar penguasa kolonial dapat mengawasi migran.

Di sini, traveler bisa menikmati Carvajal Street atau dikenal sebagai Umbrella Alley, yang menawarkan street food terbaik di kota itu.

5. Johannesburg, Afrika Selatan

Afrika Selatan adalah rumah bagi komunitas etnis Tionghoa terbesar di benua itu. Sebagian besar tinggal di kota terbesar di negara itu, Johannesburg.

Pecinan di JohannesburgPecinan di Johannesburg Foto: Getty Images/THEGIFT777

Kota ini memiliki dua pecinan. Pertama, terletak di pusat kota di sepanjang Jalan Komisaris yang bersejarah. Tapi kemudian banyak yang bermigrasi pada tahun 1990-an setelah dipaksa meninggalkan kawasan itu karena meningkatnya tingkat kejahatan.

Kemudian, tumbuh pecinan lain di pinggiran kota Cyrildene di Jo'burg timur. Di sini, traveler akan menemukan restoran, supermarket, toko elektronik, panti pijat, toko grosir, tukang daging dan penjual ikan, yang dimiliki imigran berbahasa Mandarin.

5. Melbourne, Australia

Iming-iming perubahan nasib menarik para pemuda dari China Selatan ke negara bagian Victoria, Australia. Mulai tahun 1851, kapal-kapal yang sarat dengan penggali emas berlayar dari Hong Kong menuju Melbourne.

Pecinan di MelbournePecinan di Melbourne Foto: Getty Images/Adam Calaitzis

Semakin banyak yang datang, komunitas Tionghoa yang sudah ada lebih dulu pun membuka toko di Little Bourke Street untuk memenuhi kebutuhan para pendatang baru. Mereka menyediakan akomodasi, makanan, dan peralatan.

Masa booming ini berlanjut hingga diperkenalkannya Kebijakan Whiite Australia pada 1901. Setelah kebijakan itu dilonggarkan setelah Perang Dunia II, Chinatown Melbourne pun dihidupkan kembali.

Saat ini, bangunan tembok tiga lantai yang bersejarah dijadikan restoran Kanton, toko bahan makanan, toko jamu, dan museum yang merinci sejarah komunitas. Wisatawan dan penduduk lokal sama-sama menikmati berjalan-jalan di sepanjang jalan utama Little Bourke, Swanston dan Spring Streets, serta banyak jalur yang melintasi area tersebut.

Selanjutnya: Pecinan di Kanada

6. Vancouver, Kanada

Kawasan Chinatown Melbourne didirikan Victoria Gold Rush pada 1854. Di kawasan Richmond, separuh penduduknya adalah Tionghoa.

Pecinan di VancouverPecinan di Vancouver Foto: Getty Images/mura

Kota ini dijuluki Hongcouver, karena menjelang serah terima Hong Kong ke China pada 1997, para imigran kaya membanjiri Vancouver. Uniknya lagi, mantan Wali Kota Vancouver, Gregor Robertson, cukup fasih berbahasa mandarin.

7. San Francisco, AS

Chinatown atau Pecinan di San Francisco, AS, termasuk yang tertua di dunia. Komunitas Tionghoa di kota ini sudah ada sejak era 1840. Sejak 1960, banyak masyarakat Tionghoa di kota ini pindah ke distrik Sunset dan Richmond, sedangkan imigran yang lebih baru biasanya menetap di pinggiran kota sekitar Bay Area.

Pecinan di San FransiscoPecinan di San Fransisco Foto: Getty Images/bluejayphoto

Di sepanjang kawasan ini traveler akan menemukan beragam ornamen khas China seperti lampion, gambar naga, papan petunjuk bilingual (Inggris-Cina), serta deretan toko penjual obat herbal dan restoran.

8. London, Inggris

Pecinan di London disebut sebagai pecinan terbesar di Eropa. Awalnya, para pelaut dan pedagang China menetap di East End pada akhir abad ke-18, tetapi penghancuran daerah tersebut selama Perang Dunia II ditambah dengan kurangnya pekerjaan membuat komunitas tersebut menyusut.

Tapi, hal itu dipulihkan dengan kembalinya prajurit Inggris yang pernah bertugas di Asia dan mengembangkan cita rasa makanan China.

Sepanjang 1960-an, ribuan orang Tionghoa berdatangan dari Hong Kong dan membuka banyak restoran di dalam dan sekitar Gerrard Street.

Saat ini, pecinan London terletak di pusat kota London yang sibuk, antara Soho, Leicester Square, Piccadilly Circus, dan Covent Garden, dengan turis yang berbondong-bondong ke daerah tersebut untuk mengunjungi restoran, kedai teh, supermarket, dan dokter tabib.

9. Jakarta

Indonesia memiliki cukup banyak kawasan pecinan, di Jakarta, Semarang, dan Medan, juga Singkawang. Nah, di Jakarta pecinan ada di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat.

Sejumlah warga melakukan sembah yang di Vihara Dharma Bhakti di Jalan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (5/2/2021). Seminggu jelang perayaan imlek banyak warga sembahyang. Pihak pengelola pada malam imlek meniadakan sembahyang demi memutus rantai COVID-19.Sejumlah warga melakukan sembah yang di Vihara Dharma Bhakti di Jalan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. (Agung Pambudhy)

Kawasan pecinan yang sudah ada sejak era 1700 itu mengajak traveler menuju peradaban China di masa lampau. DI sana terdapat Vihara Dharma Bakti yang termasuk vihara tertua di Jakarta. Kemudian, Gereja De Fatima, yang masih mempertahankan arsitektur China.

Pasarnya pun masih menawarkan berbagai makanan China, juga tabib dan toko obat China.


Hide Ads