Kota Perak
Legenda mengatakan bahwa deposit perak yang kaya di Cerro Rico pertama kali ditemukan oleh Diego Gualpa, seorang penambang asli Andes, yang menemukannya pada 1545.
"Rahasianya terbongkar. Anda tidak bisa menyembunyikan berita semacam itu," kata Kris Lane, profesor seni liberal di Tulane University di New Orleans, dan penulis "Potosí: Kota Perak yang Mengubah Dunia."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak lama kemudian, penjajah Spanyol yang telah tiba di wilayah ini hanya beberapa tahun sebelumnya mengetahui penemuan ini dan mulai mengeksploitasi perak yang melimpah di gunung tersebut.
"Tempat ini berkembang dengan sangat cepat menjadi semacam tempat mimpi buruk. Itu adalah tempat yang tidak memiliki hukum, tempat kerja paksa," kata Lane.
"Penduduk asli diwajibkan untuk bekerja dan memberikan upeti kepada raja Spanyol, di bawah sistem yang sangat mirip dengan perbudakan," dia menambahkan.
Gelombang pedagang kaya mulai berdatangan dari seluruh dunia untuk membangun infrastruktur dan mengambil keuntungan dari tambang.
![]() |
Seiring dengan peningkatan teknik pertambangan, kondisinya semakin mengkhawatirkan. Sebagai contoh, merkuri beracun diperkenalkan pada proses pemurnian, yang kemudian terlepas ke lingkungan dan menyebabkan kematian banyak orang.
Cerro Rico kemudian dikenal sebagai "Gunung yang Memakan Manusia" atau "Gunung Pemangsa Manusia", sebuah nama yang masih melekat di kalangan para penambang hingga hari ini.
Potosí segera berkembang menjadi kota terbesar keempat di dunia Kristen, dengan populasi lebih dari 200.000 jiwa pada akhir abad ke-16. Kota ini diperkirakan memasok 60% perak dunia pada saat itu, mendanai kekaisaran Spanyol dan dinasti-dinasti lain di seluruh dunia.
Namun, seiring berjalannya waktu, cadangan perak yang dulunya tampak tak ada habisnya mulai mengering.
Pada saat Bolivia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1825, hampir semua perak telah ditambang dan Potosí menjadi cangkang seperti sedia kala.
Meskipun penambangan masih berlangsung di sana sampai sekarang, sebagian besar dilakukan untuk mineral yang lebih murah seperti timah dan seng.
Ratusan mil lubang tambang telah membuat gunung ini tidak stabil. Akibatnya, saat ini merupakan waktu di mana paling berbahaya jika memasuki tambang.
Selanjutnya, menyembah setan >>>
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol