Indonesia memiliki banyak pesona, dari bawah laut sampai ke puncak gunung. Jangan lupakan desa, yang juga bisa dikemas dan dipoles sebagai destinasi wisata yang menjanjikan banyak pengalaman.
Beberapa desa wisata Indonesia pun sudah mendunia namanya. Sebut saja Desa Penglipuran di Bali, hingga Desa Wae Rebo di NTT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat pariwisata sekaligus pendiri Binus University Cultural and Tourism Research, Vitria Ariani menjelaskan, ada tugas yang tak mudah menanti Wishnutama terkait pengembangan dan promosi desa wisata. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) harus memberi perhatian yang lebih serius.
"Saya berharap, Wishnutama bisa masif dan sporadis untuk mengembangkan dan menjual desa wisata. Kita ada ribuan desa wisata yang sangat berpotensi sebagai destinasi wisata dan dikunjungi turis dunia," kata wanita yang akrab disapa Ria saat membuka perbincangan dengan detikcom, Rabu (30/10/2019).
"Wishnutama harus bisa memulainya dari internal dan eksternal kementerian," lanjutnya.
![]() |
Maksudnya?
"Dari internal, Wishnutama bisa mengeluarkan peraturan Keputusan Menteri yang isinya bisa mengenai pengembangan desa dan lain sebagainya. Asal tahu saja, sampai saat ini kementerian masih berpacu pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) tahun 2010. Sudah nyaris 10 tahun lho," terang wanita yang juga akrab disapa Ria ini.
Ria yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pariwisata Pedesaan dan Perkotaan Kementerian Pariwisata sampai tahun 2019 menjelaskan, hingga kini belum ada peraturan Keputusan Menteri pada sektor desa wisata. Padahal dengan adanya peraturan tersebut, bisa memudahkan suatu desa wisata untuk mengembangkan dirinya.
"Kalau ada Keputusan Menteri, nanti bupati bisa mengeluarkan Surat Keputusan (SK). SK itu bisa dipakai untuk legalitas desa, bahwa mereka diakui negara dan kalau punya SK, bisa gampang cari dana ke mana-mana," paparnya.
"Selain itu, baiknya ada staff Khusus Pembangunan Desa Wisata, yang levelnya sama dengan deputi. Nanti, bisa fokus tugasnya untuk desa wisata," jelas Ria.
![]() |
BACA JUGA: Inti dari Desa Wisata Adalah Manusianya
Dari eksternal, Ria berujar, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa bekerja sama dengan beberapa kementerian terkait seperti Kementerian PUPR, Kementerian Desa hingga Kementerian Pendidikan. Tak ayal membangun desa wisata tak melulu dari produk pariwisata, melainkan juga dari sektor-sektor pendukungnya.
"Desa wisata butuh jalan, itu bisa bekerjasama dengan Kementerian PUPR. Kementerian Pendidikan, bisa memberikan modal knowledge dan program kampus masuk desa, serta Kemendes (Kementerian Desa) bisa menjadi pendamping untuk membangun desa-desa," terang Ria.
"Malah sejujurnya, Kemendes lebih banyak bergeraknya untuk memajukan desa wisata dibanding Kementerian Pariwisata sendiri. Tapi ya sudahlah, ini juga demi negara Indonesia kan?" tambahnya.
BACA JUGA: Harapan Jokowi pada Wishnutama dan Angela Tanoesoedibjo
Menurut Ria, duet Wishnutama dan Angela Tanoesoedibjo sebagai menteri dan wakil menteri di Kemenparekraf menjadi harapan baru untuk pengembangan desa wisata. Duet muda yang dirasa punya banyak inovasi dan penuh kejutan.
"Pendekatan desa wisata tidak bisa secara birokratis. Pendekatan desa wisata adalah pendekatan yang humanis dan antropologis. Untuk tahu tentang desa wisata, hanya satu caranya yakni turun ke lapangan dan bertemu masyarakatnya langsung," tutup Ria.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol