Menurut sejarah, Stasiun Tanjung Priok dulunya memiliki ruang tunggu yang dibedakan berdasarkan kelas sosial. Jadi warga pribumi dengan kaum ningrat atau Belanda dibuat terpisah saat berada di stasiun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagian ini berfungsi sebagai meja bar dahulunya," ungkap Reynold Parulian Napitupulu, Assistant Manager Documentation, Education, and Promotion KAI saat menemani detikcom di Stasiun Tanjung Priok. Dia pun menunjukan sebuah meja bundar berwarna hitam yang melekat ke dinding.
Kemudian kami pun lanjut ke ruangan selanjutnya yang berfungsi sebagai restoran dahulunya.
"Dan ruangan ini dulunya sebagai restoran. Kemungkinan di sini juga dulunya juga ada lantai untuk dansa," ungkap Reynold.
Jika diperhatikan secara seksama, ruangan yang dulunya restoran di Stasiun Tanjung Priok ini masih megah. Tiang-tiangnya juga masih bagus, begitu pula dengan ornamen kayunya.
Jendela di bangunan ini, terutama yang di restoran sangat unik. Sangat panjang namun pendek di lebar. Juga ukuran kaca dan jenis kaca di jendelanya juga tak menggunakan kaca biasa.
Ornamen lampu masih tergantung dengan kokoh di langit-langit. Konon dahulunya di sini juga ada meja-meja makan dan bangku restoran. Silahkan traveler bayangkan sebuah ruangan dengan lantai dansa yang diiringi musik bernuansa Eropa dahulunya. Terbayang?
Jika traveler telusuri lagi, terdapat pintu yang menuju ke daerah dapur. Dapurnya tidaklah besar dan juga terhubung dengan bunker bawah tanahnya.
Namun untuk bisa menelusuri hingga dalam seperti ini, traveler harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pihak stasiun. Tak bisa asal-asalan saja menelusuri cagar budaya yang kaya akan sejarah ini.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan