Mausoleum OG Khouw di Petamburan, Megah Tapi Terlupakan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mausoleum OG Khouw di Petamburan, Megah Tapi Terlupakan

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Senin, 22 Mei 2017 19:10 WIB
Mausoleum OG Khouw Petamburan yang kurang mendapat perhatian (Randy/detikTravel)
Jakarta - Keberadaan Mausoleum Oen Giok (OG) Khouw di TPU Petamburan Jakarta ibaratnya sebuah harta karun. Sayang, mausoleum megah ini seakan terlupakan..

Tersembunyi di dalam area TPU Petamburan yang berlokasi dekat Gereja Salvator, Mausoleum OG Khouw berdiri megah. Memiliki tinggi 9 meter, mausoleum tersebut menjadi pelindung makam di bawahnya.

Mausoleum itu pun tampak begitu megah dengan lapisan marmer hitam yang didatangkan khusus dari Italia. Konon kabarnya, mausoleum tersebut adalah yang termegah di Asia Tenggara. Nilai pembangunannya pun diprediksi mencapai 3 miliar rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di zamannya, OG Khouw yang wafat di Swiss pada 1 Juli 1927 dikenal sebagai pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa. Ia pun diketahui lahir di Batavia. Oleh Ratu Wilhelmina, OG Khouw pun mendapat kehormatan sebagai perwakilan orang Tionghoa di Hindia Belanda.

Kondisi Mausoleum yang mulai termakan waktu (Randy/detikTravel)Kondisi Mausoleum yang mulai termakan waktu (Randy/detikTravel) Foto: Johanes Randy

Hanya saja, kondisi Mausoleum OG Khouw yang megah tampak sudah lapuk dimakan usia. Fakta itu pun dilihat langsung oleh detikTravel yang mengikuti tur Jakarta Food Traveler bersama komunitas Love Our Heritage (LOH) Minggu kemarin (22/5/2017).

"Kami pertama kali datang ke sini November tahun 2009 (Komunitas LOH - red), waktu itu kami malah mendengar suara cekikikan, tapi gak lama ada anak SMA yang membereskan baju, betapa prihatinnya kami," ujar ketua dari komunitas Love Our Heritage, Adjie Hadipriawan.

Secara kasat mata, memang tampak beberapa bagian dinding marmer yang tampak sudah mau lepas. Bagian interior langit-langit mausoleum pun tampak sedikit kotor. Lampu yang tepat ada di atas nisan pun malah jadi sarang burung. Belum lagi vandalisme di dekat pintu masuk mausoleum.

"Soal coretan memang sudah ada sejak dari kami datang, sehingga di tahap awal Bakti Royong kami berusaha membersihkan dengan cairan pembersih, kami sampai tanya-tanya cara bersihkan coretan spidol ke cleaning service loh," cerita Adjie.

Salah satu temboknya jadi korban vandalisme (Randy/detikTravel)Salah satu temboknya jadi korban vandalisme (Randy/detikTravel)

Ditambahkan oleh Adjie, konon dahulu ruang bawah tanah di mausoleum tersebut memiliki sebuah pintu kayu jati bergagang kuningan. Namun ketika komunitas LOH pertama kali datang ke sana, pintunya sudah tidak ada.

"Kami datang ke Mausoleum dalam kondisi tidak ada pintu kayu jatinya, sehingga kami berinisiatif memasang pintu daruat seperti yang terlihat atas donasi masyarakat. Tujuannya menghindari ruang bawah tanah digunakan untuk hal-hal yang tidak senonoh dan pencurian," ujar Adjie.

Fakta lainnya, OG Khouw beserta istri Lim Sha Nio diketahui meninggal tanpa memiliki keturunan. Selain keluarga yang masih memiliki hubungan darah, tak ada lagi yang datang dan merawat mausoleum OG Khouw.

"Dia tak punya keturunan, terakhir tahun 80-an yang datang ziarah," pungkas Adjie.

Sisi kiri dalam mausoleum yang dinding marmernya sempat dirusak (Randy/detikTravel)Sisi kiri dalam mausoleum yang dinding marmernya sempat dirusak (Randy/detikTravel)

Secara teknis, Mausoleum OG Khouw berdiri di atas lahan Dinas pertamanan dan pemakaman DKI. Pemerintah pun diketahui belum menetapkan mausoleum tersebut sebagai bangunan cagar budaya.

"Sepanjang yang kami ketahui Mausoleum OG Khouw belum di-acknowledged sebagai Benda Cagar Budaya (BCB), sehingga komunitas selalu mengadakan events Bakti Royong dan lain-lain untuk menarik banyak pihak, dengan tujuan ia mendapat sertifikat sebagai BCB dari Pemprov DKI," ujar Adjie.

Diungkapkan juga oleh founder Jakarta Food Traveler yang ikut serta, Ira Latief. Ira yang baru saja melakukan survey Mausoleum OG Khouw pekan lalu mengatakan, kalau statusnya masih simpang siur. Tak ditemukan juga papan penanda Bangunan Cagar Budaya di sekitar mausoleum.

"Belum jadi Bangunan Cagar Budaya, aku nanya staf dinas pemakaman TPU petamburan pas survey minggu lalu juga masih simpang siur," cerita Ira.

Sekiranya Pemprov Jakarta masih belum memberikan perhatian lebih pada Mausoleum OG Khouw yang megah ini. Untung saja masih ada beberapa komunitas pecinta sejarah dan pihak TPU Petamburan yang mengawasi keberlangsungan mausoleum tersebut.

Semoga saja ke depannya pemerintah akan lebih peduli dengan keberadaan Mausoleum OG Khouw tersebut. Mungkin saja ke depannya mausoleum tersebut bisa dimanage jadi lebih baik untuk wisata sejarah.

(msl/rdy)

Hide Ads