Membuang sampah sembarangan memang dilarang, namun terkadang masih banyak orang yang tak mengindahkan larangan tersebut. Padahal jika sampah dibuang pada tempatnya tentunya lingkungan jadi lebih bersih dan nyaman.
Sampah-sampah plastik juga bisa di daur ulang, dikumpulkan dan dikelola menjadi benda yang lebih bermanfaat. Nah, soal pengelolaan sampah ini, traveler bisa belajar dari Rumah Inspirasi Jogja di Kalipucang, Bantul, DI Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ketika saya mulai pindah ke desa dekat Kasongan itu prihatin ketika melihat ada orang kok buang sampah di kali. Di jalan desa banyak minum es teh dibuang begitu saja," kata Josh dalam wawancara dengan detikTravel via telepon, Rabu (26/7/2017).
"Kita gerakan satu keluarga yang merasa bahwa ini masalah nih sampah ini. Yaudah kita pakai nama Rumah Inspirasi Jogja karena segala inspirasi bagus asalnya dari rumah," imbuhnya.
Josh awalnya mengkampanyekan istilah Jabusamsem alias Jangan Buang Sampah Sembarangan. Anak-anak setempat diajak untuk belajar mencintai lingkungan, dimulai dari membuang sampah pada tempatnya.
![]() |
Rumah Inspirasi Jogja juga mengadakan kursus bahasa Inggris dengan pengajar volunteer dari berbagai negara. Kursus ini dapat diikuti anak-anak hingga dewasa. Tak perlu bayar pakai uang, tapi pakai sampah.
"Kami bikin kursus bahasa Inggris gratis semua. Waktu awal dulu dateng dengan membayar pakai sampah," ucapnya.
Josh mengatakan bahwa kampanye Jabusamsem sendiri terus berkembang. Kini Rumah Inspirasi Jogja tengah mengarah ke gerakan minimum waste, mengurangi sampah yang diawali dari keluarga Josh sendiri. Hal ini diharap bisa turut menginspirasi banyak orang untuk mengurangi sampah dan nantinya menuju ke gerakan zero waste.
"Dari keluarga kami dulu, kami tidak membuang sampah, kita kelola semua. Kita menginisiasi supaya sampah berhenti di rumah, karena kita lihat TPA (tempat pembuangan sampah) bermasalah, orang masih memproduksi sampah, TPA bisa kurang," tutur Josh.
Josh dan keluarganya telah mulai mengurangi sampah mulai dari hal-hal kecil. Seperti belanja dengan membawa tas sendiri, bahkan membeli lauk pun menggunakan rantang sendiri. Memang dibutuhkan komitmen yang kuat, tapi yang penting adalah berani memulainya terlebih dahulu.
"Jadi minimum waste, kita bertanggung jawab akan sampah sendiri. Itu yang kita inisiasikan," katanya.
![]() |
Botol bekas 600 ml dimasukkan sampah plastik yang tidak laku dijual, misalnya bekas bungkus kopi dan permen. Sampah-sampah itu dipadatkan ke dalam botol dengan bilah bambu.
"Yang 600 ml bisa muat sampai 100 kresek. Padet dan itu jadi ecobricks, batu bata ramah lingkungan," tutur pria yang juga menginisiasi Rumah Guide Indonesia ini.
![]() |
Dengan keluarganya yang sudah langsung memulai proyek ini, Josh berharap warga lainnya pun bisa juga ikutan mengurangi sampah dan memulai Proyek Botol. Ia pun telah banyak diundang untuk menjadi pembicara terkait pengelolaan sampah dengan kreatif.
![]() |
"Kita berkonsep lewat small sustainable changes. Kalau dratis tapi sekali ya buat apa," ucap Josh yang memiliki homestay unik dari bambu dan botol itu.
![]() |
"Itu satu desa nggak ada sampah keluar dari desa. Tapi itu perlu fundraising, karena selama ini Rumah Inspirasi Jogja dari personal funding. Bayangkan kalau satu desa tidak keluar sampahnya, tidak ada masalah lagi di TPA. Itu bisa dan kita sudah punya konsepnya," jelasnya yakin.
Kemudian Josh juga bermimpi untuk membuat sebuah toko dengan konsep refill. Seperti apa?
"Sampo refill, sabun refill, makanan semuanya refill, bawa (wadah) sendiri. Kalau nggak refill dia harus bayar tempatnya, mungkin 2 kali mungkin, 3 kali (berlipat)," kata Josh.
![]() |
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol