Festival Budaya Irau Malinau Ciptakan 7 Rekor MURI

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Festival Budaya Irau Malinau Ciptakan 7 Rekor MURI

Tia Reisha - detikTravel
Kamis, 25 Okt 2018 22:20 WIB
Foto: (Masaul/detikTravel)
Jakarta - Festival Budaya Irau Malinau (FBIM) ke-9 menjadi ajang pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Tercatat, ada 7 rekor MURI yang diciptakan dalam festival ini.
FBIM-9 2018 yang digelar pada 14-26 Oktober 2018 juga akan dimeriahkan oleh sejumlah artis dan budaya daerah nusantara. Menu utamanya adalah parade seni budaya. Ada pula Anyat, Saung, dan obat tradisional Belengla yang terinspirasi dari Dayak Kenyah.

"Penyelenggaraan FBIM tahun ini sangat meriah. Respon besar ditunjukan masyarakat sejak awal. Lebih membanggakan lagi ada banyak rekor MURI yang tercipta di sana. Prestasi ini membuat value festival jadi naik," ungkap Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/10/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak digelar Senin (15/10), FBIM-9 membidik 9 rekor MURI namun sampai Selasa (23/10), sudah ada 7 rekor yang dicapai. Sisa rekor MURI lainnya akan digelar Kamis (25/10) seperti Ani Ka'bo terbesar. Venue dari pemecahan rekor ini berlokasi di Anena Pelangi Intimung, Malinau. Rekor terakhir Bubu terbesar pun akan diciptakan pada Jumat (26/10) mendatang.

"Rekor-rekor MURI ini menjadi pengakuan kekayaan intelektual masyarakat Malinau. Catatan ini akan menjadi calibration, confidence, dan credibility bagi mereka. FBIM-9 bisa membandingkan kualitasnya dengan yang lain. Mereka saat ini jelas semakin percaya diri dengan adanya pengakuan dari MURI ini," terang Menpar Arief.

Kekayaan 'Pakaian Adat Terbanyak' menjadi pembuka pesta rekor MURI. Status rekor diberikan karena karnaval ini melibatkan 8.850 peserta, 11 Lembaga Adat Dayak, dan 12 etnis dari seluruh pelosok Nusantara.



Daftar capaian rekor MURI bertambah dari 'Penumbuk Padi Terbanyak dan Angan Terpanjang' pada Selasa (16/10) yang dipersembahkan suku Dayak Lundayeh.

Mereka membukukan rekor lobang lesung terbanyak sebanyak 584 lobang, membuat alu terbanyak dengan jumlah 1.752 biji, dan tungku terpanjang sepanjang 350 meter. FBIM-9 juga menorehkan rekor MURI untuk perisai terbesar, Kamis (18/10), dengan ukuran 11,25 meter.

Daftar rekor MURI diperpanjang dengan pagelaran musik Sampe (Kecapi) terbanyak yang dipersembahkan oleh etnis Dayak Kenyah. Mereka menampilkan musik Sampe yang dimainkan oleh 1.000 orang.

Menpar yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok juga menyampaikan apresiasi bagi sinergi positif masyarakat Malinau.

"Apa yang mereka tampilkan sungguh luar biasa. Etnis-etnis Dayak di Malinau bersinergi menampilkan prestasi terbaik. Nuansa etnik ini dikolaborasikan dengan modern melalui figur-figur terbaik. Apa yang mereka lakukan menjadi potensi pariwisata yang besar. Apalagi wisman ini sangat suka denga atraksi yang berbau budaya," tegasnya.

Selain rekor MURI, panggung FBIM-9 juga terlihat sangat glamor. Ada banyak artis dan musisi terkenal yang perform di sini seperti Siti Badriah, Band Kapten, Via Vallen, hingga Band Tipe-X.

Siti Badriah dan Kapten menjadi dua musisi awal yang memeriahkan FBIM-9 hingga festival ini semakin dibanjiri oleh pengunjung. Sedangkan Via Vallen tampil pada Selasa (23/10) mulai pukul 20.00 WITA. Sementara Tipe-X dijadwalkan perform pada Jumat (27/10) dan dipercaya bisa semakin menyegarkan FBIM-9 dengan warna ska-nya.

Di samping itu, Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuty menjelaskan FBIM-9 selalu menjadi daya tarik yang dimiliki Malinau.

"Kemasan FBIM-9 tahun ini sangat menarik. Ada banyak rekor MURI yang diciptakan. Hal ini tentu jadi branding beragam potensi terbaik di Malinau. Kami juga gembira dengan besarnya respon dari publik. Mereka ini selalu memadati venue," jelasnya.

FBIM-9 juga menjadi galeri bagi kearifan lokal nusantara. Ada pula beragam parade seni budaya yang dihadirkan oleh 6 etnis di Indonesia. Beberapa etnis yang sudah tampil di antaranya Tionghoa dengan barongsai-nya.

Etnis Jawa juga menyajikan simulasi Tingkepan pada Selasa (23/10) sebagai prosesi upacara 7 bulan usia kehamilan. Bahkan mereka juga menyajikan Tari Kuda Lumping.

Warna Nusantara juga semakin dominan melalui aksi Jaipongan khas Sunda dan Rampak Gendang pada Rabu (24/10). Untuk budaya Maluku, mereka menyajikan seni Bambu Gila, Tarian Katreji, dan Tarian Cakalele pada Rabu (24/10). Masyarakat Banjar menampilkan Mandilin pada Kamis (25/10). Ada juga budaya Nusa Tenggara Timur yang menampilkan Tari Hegong, Hedung, Ja'idan, dan Gawe.

"FBIM-9 memang paket yang lengkap. Festival ini menjadi destinasi terbaik untuk liburan. Masih ada waktu beberapa hari untuk menikmati beragam eksotisnya budaya di Malinau," pungkas Esthy. (mul/ega)

Hide Ads