Tiga puncak yang terselimuti es abadi itu ada di Pegunungan Jayawijaya, Papua. Ketinggiannya mencapai 4.600-an mdpl, serta sudah jadi impian para pendaki dunia. Ardeshir Yaftebbi, salah seorang pemandu gunung dari Indonesian Mountain Specialist (IMOSA) menjelaskan kesulitan-kesulitannya di sana.
"Yang paling sulit itu saat salju turun dan kabut, karena kita tidak bisa melihat apa-apa. Lagipula, sulit membuat tanda jika terjebak di sana," terangnya kepada detikTravel, Kamis (15/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BACA JUGA: Cerita Pendaki yang Pernah Berdiri di Es Abadi Indonesia
Selain itu, saat mendaki es abadi tersebut disarankan memakai kacamata UV 400 atau kacamata salju. Mengapa?
"Kacamata yang UV 400 bisa lindungi mata dari pantulan matahari. Es itu memantulkan sinar matahari, jadi dari atas dan bawah silau banget dan bisa buta," jelas Ardeshir yang pernah menjadi ketua tim ekspedisi Indonesia Seven Summit Expedition di tahun 2012.
![]() |
Fisik pun harus siap dan peralatan pendakian gunung es harus lengkap. Soal fisik, pendakian ke es abadinya saja sudah memakan waktu 5-6 jam.
"Jalan di es juga harus zig-zag karena tidak bisa jalan lurus. Saat memakai krampon (sepatu es), harus panjang langkahnya jangan dekat-dekat karena berbahaya nanti duri-duri sepatunya bisa kena kaki sendiri," kata Ardeshir.
![]() |
Beberapa operator tur seperti Adventure Carstensz dan IMOSA menawarkan pendakian ke es abadi di Pegunungan Jayawijaya. Sayangnya, menurut BMKG pada periode 2025-2030 diperkirakan es abadinya akan hilang.
BACA JUGA: Penjelasan BMKG Mengenai Es Abadi Indonesia yang Akan Hilang
(bnl/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!