Kamis, 15 Nov 2018 19:30 WIB
TRAVEL NEWS
Kata Orang Papua Tentang Es Abadi di Tanah Mereka
Afif Farhan
detikTravel

FOKUS BERITA
Es Abadi Indonesia
Jakarta - Es abadi adalah keajaiban Indonesia dari Papua. Orang Papua berharap, agar es abadi bisa dijaga dan dimanfaatkan sebagai aset pariwisata.
Hal itu disampaikan Maximus Tipagau, salah seorang tokoh masyarakat dari Desa Ugimba, Kabupaten Intan Jaya. Dirinya berujar, es abadi sudah ada sejak zaman dulu dan memang kini menyusut makin kecil bentangannya.
"Kita menyebutnya Puncak Ngga Pulu dan Puncak Mbaigela. Dulu itu waktu saya kecil, esnya tebal, panjang dan lebar. Sekarang hanya tinggal sedikit," kata Maximus membuka perbincangan dengan detikTravel, Kamis (15/11/2018).
BACA JUGA: Apakah Es Abadi Indonesia Hanya Ada di Papua?
Maximus pun pernah mendatangi Puncak Jaya dan Puncak Sumantri. Dia berujar, sebagai suku Moni yang mendiami wilayah di sekitar puncak-puncak Pegunungan Jayawijaya yang memiliki es abadi, sudah sejak dulu masyarakat setempat mencari kuskus sampai ke sana.
"Orang-orang tua kita itu sampai ke atas, walau tidak sampai ke puncak esnya tapi sampai di dekatnya. Mereka ke sana untuk berburu, seperti berburu kuskus dan lain-lain," terangnya.
Menurut Maximus, sebenarnya es abadi di Pegunungan Jayawijaya merupakan aset pariwisata. Bisa dikelola dengan baik melalui regulasi-regulasi pendakian, supaya memudahkan para pendaki untuk datang ke sana.
"Ini kan aset. Sebaiknya dikelola dengan baik agar turis dan bahkan orang Indonesia sendiri bisa datang dan melihat langsung es abadinya sebelum habis," terangnya.
"Lagipula, pariwisata bisa menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat suku Moni dan suku-suku lainnya yang mendiami kawasan sekitar es abadi," lanjutnya menjelaskan.
Maximus sendiri memiliki operator tur Adventure Carstensz yang menawarkan paket pendakian ke Puncak Jaya, Puncak Sumantri dan Puncak Carstensz Timur. Tak hanya pendakian, tapi juga paket tur naik helikopter.
"Harga pendakiannya itu Rp 30-40 juta. Memang mahal harganya, karena barang-barang di sini juga masih mahal," terang Maximus.
Ke depannya, Maximus berharap agar pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pariwisata, pemerintah Papua dan Taman Nasional Lorentz dapat bersinergi. Sama-sama menjaga dan mengemas es abadi Indonesia agar tetap terjaga kelestariannya dan menjadi destinasi wisata.
"Semoga sama-sama bisa kita perjuangkan. Jangan sampai orang Indonesia tidak bisa menikmati keindahan es abadi di negerinya sendiri," tutupnya.
(aff/aff)
Hal itu disampaikan Maximus Tipagau, salah seorang tokoh masyarakat dari Desa Ugimba, Kabupaten Intan Jaya. Dirinya berujar, es abadi sudah ada sejak zaman dulu dan memang kini menyusut makin kecil bentangannya.
"Kita menyebutnya Puncak Ngga Pulu dan Puncak Mbaigela. Dulu itu waktu saya kecil, esnya tebal, panjang dan lebar. Sekarang hanya tinggal sedikit," kata Maximus membuka perbincangan dengan detikTravel, Kamis (15/11/2018).
Maximus pun pernah mendatangi Puncak Jaya dan Puncak Sumantri. Dia berujar, sebagai suku Moni yang mendiami wilayah di sekitar puncak-puncak Pegunungan Jayawijaya yang memiliki es abadi, sudah sejak dulu masyarakat setempat mencari kuskus sampai ke sana.
"Orang-orang tua kita itu sampai ke atas, walau tidak sampai ke puncak esnya tapi sampai di dekatnya. Mereka ke sana untuk berburu, seperti berburu kuskus dan lain-lain," terangnya.
![]() |
Menurut Maximus, sebenarnya es abadi di Pegunungan Jayawijaya merupakan aset pariwisata. Bisa dikelola dengan baik melalui regulasi-regulasi pendakian, supaya memudahkan para pendaki untuk datang ke sana.
"Ini kan aset. Sebaiknya dikelola dengan baik agar turis dan bahkan orang Indonesia sendiri bisa datang dan melihat langsung es abadinya sebelum habis," terangnya.
"Lagipula, pariwisata bisa menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat suku Moni dan suku-suku lainnya yang mendiami kawasan sekitar es abadi," lanjutnya menjelaskan.
![]() |
Maximus sendiri memiliki operator tur Adventure Carstensz yang menawarkan paket pendakian ke Puncak Jaya, Puncak Sumantri dan Puncak Carstensz Timur. Tak hanya pendakian, tapi juga paket tur naik helikopter.
"Harga pendakiannya itu Rp 30-40 juta. Memang mahal harganya, karena barang-barang di sini juga masih mahal," terang Maximus.
![]() |
Ke depannya, Maximus berharap agar pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pariwisata, pemerintah Papua dan Taman Nasional Lorentz dapat bersinergi. Sama-sama menjaga dan mengemas es abadi Indonesia agar tetap terjaga kelestariannya dan menjadi destinasi wisata.
"Semoga sama-sama bisa kita perjuangkan. Jangan sampai orang Indonesia tidak bisa menikmati keindahan es abadi di negerinya sendiri," tutupnya.
(aff/aff)
FOKUS BERITA
Es Abadi IndonesiaBERITA TERKAIT
BACA JUGA