Hal itu disampaikan Maximus Tipagau, salah seorang tokoh masyarakat dari Desa Ugimba, Kabupaten Intan Jaya. Dirinya berujar, es abadi sudah ada sejak zaman dulu dan memang kini menyusut makin kecil bentangannya.
"Kita menyebutnya Puncak Ngga Pulu dan Puncak Mbaigela. Dulu itu waktu saya kecil, esnya tebal, panjang dan lebar. Sekarang hanya tinggal sedikit," kata Maximus membuka perbincangan dengan detikTravel, Kamis (15/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maximus pun pernah mendatangi Puncak Jaya dan Puncak Sumantri. Dia berujar, sebagai suku Moni yang mendiami wilayah di sekitar puncak-puncak Pegunungan Jayawijaya yang memiliki es abadi, sudah sejak dulu masyarakat setempat mencari kuskus sampai ke sana.
"Orang-orang tua kita itu sampai ke atas, walau tidak sampai ke puncak esnya tapi sampai di dekatnya. Mereka ke sana untuk berburu, seperti berburu kuskus dan lain-lain," terangnya.
Maximus saat di Puncak Jaya (Maximus/Istimewa) |
Menurut Maximus, sebenarnya es abadi di Pegunungan Jayawijaya merupakan aset pariwisata. Bisa dikelola dengan baik melalui regulasi-regulasi pendakian, supaya memudahkan para pendaki untuk datang ke sana.
"Ini kan aset. Sebaiknya dikelola dengan baik agar turis dan bahkan orang Indonesia sendiri bisa datang dan melihat langsung es abadinya sebelum habis," terangnya.
"Lagipula, pariwisata bisa menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat suku Moni dan suku-suku lainnya yang mendiami kawasan sekitar es abadi," lanjutnya menjelaskan.
Es abadi Indonesia dinilai bisa menjadi destinasi wisata (Maximus/Istimewa) |
Maximus sendiri memiliki operator tur Adventure Carstensz yang menawarkan paket pendakian ke Puncak Jaya, Puncak Sumantri dan Puncak Carstensz Timur. Tak hanya pendakian, tapi juga paket tur naik helikopter.
"Harga pendakiannya itu Rp 30-40 juta. Memang mahal harganya, karena barang-barang di sini juga masih mahal," terang Maximus.
Sayangnya, es abadi di Papua ini diperkirakan akan hilang pada 2025-2030 (Afif Farhan/detikTravel) |
Ke depannya, Maximus berharap agar pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pariwisata, pemerintah Papua dan Taman Nasional Lorentz dapat bersinergi. Sama-sama menjaga dan mengemas es abadi Indonesia agar tetap terjaga kelestariannya dan menjadi destinasi wisata.
"Semoga sama-sama bisa kita perjuangkan. Jangan sampai orang Indonesia tidak bisa menikmati keindahan es abadi di negerinya sendiri," tutupnya.
(aff/aff)












































Maximus saat di Puncak Jaya (Maximus/Istimewa)
Es abadi Indonesia dinilai bisa menjadi destinasi wisata (Maximus/Istimewa)
Sayangnya, es abadi di Papua ini diperkirakan akan hilang pada 2025-2030 (Afif Farhan/detikTravel)
Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi