Antre Naik Puncak Everest, 2 Pendaki Tewas

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Antre Naik Puncak Everest, 2 Pendaki Tewas

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Minggu, 26 Mei 2019 03:15 WIB
Ilustrasi Gunung Everest (GettyImages/Notey)
Kathmandu - Dua pendaki tewas di Gunung Everest. Penyebabnya, ada kerumunan orang terjebak di antrean yang mengarah ke puncak.

Melansir CNN, Minggu (26/5/2019), pendaki asal India, Anjali Kulkarni (55), meninggal dalam pendakian kembali ke puncak Gunung Everest Rabu lalu. Kata putranya, Shantanu Kulkarni, dia terjebak di 'kemacetan' yang terjadi di atas kamp empat di ketinggian 8.000 mdpl.

Itu adalah kamp terakhir sebelum puncak. Pendaki lainnya asal Amerika, Donald Lynn Cash (55), juga meninggal setelah pingsan karena penyakit ketinggian saat turun dari puncak. Itu dikatakan oleh perusahaan ekspedisi Nepal Pioneer Adventure Pvt. Ltd.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Climber Nirmal Purja memposting gambar di Instagram mengenai lalu lintas manusia yang padat di gunung itu pada hari Rabu. Ia, menunjukkan banyaknya jejak padat pendaki di punggung bukit terbuka di arah puncak.

Dia menambahkan bahwa ada sekitar 320 orang dalam antrian ke puncak. Padahal daerah ini dikenal sebagai zona kematian. Puncak Gunung Everest memiliki ketinggian 8.848 meter, pada tingkat itu, setiap hirupan napas hanya mengandung sepertiga oksigen.

View this post on Instagram

On 22 nd of May, I summited everest at 5:30 am and lhotse 3:45 pm despite of the heavy traffic ( roughly 320 people ). Today I have just arrived at the Makalu base camp, I will be going for the summit push from the base camp directly. . Like it, tag it and share it if you love how the project possible 14/7 is rolling πŸ€™πŸΌ . I will update more once I'm done with Makalu . Much love to all my supporters and sponsors. @antmiddleton @bremontwatches , DIGI2AL, @hamasteel , @summitoxygen Royal Hotel, Ad construction group, MTC/FSI , @everence.life @brandingscience Premier Insurance, OMNIRISC, Intergage @inmarsatglobal . . . . #nimsdai #believer #uksf #sbs🐸 #projectpossible #14peaks7months #persistence #humanendeavour #selfbelief #positivemindset #beliveinyourself #elitehimalayanadventures #alwaysalittlehigher

A post shared by Nirmal Purja MBE - Nims (@nimsdai) on May 22, 2019 at 10:46pm PDT



Tubuh manusia juga cepat memburuk pada ketinggian itu. Artinya, kebanyakan orang hanya dapat menghabiskan beberapa menit di atas sana, jika tanpa pasokan oksigen tambahan dan ini jadi faktor utama kematian.

Menurut Shantanu Kulkarni, ibunya telah mendaki selama lebih dari 25 tahun dan telah dilatih untuk mendaki Gunung Everest selama enam tahun terakhir. Dia telah menyelesaikan sejumlah pendakian, termasuk mendaki Gunung Elbrus di Rusia dan Gunung Kilimanjaro di Tanzania.

Anjali Kulkarni memiliki agen periklanan bersama suaminya. "Tetapi mereka berdua pensiun untuk mengejar impiannya, yakni berdiri di puncak Gunung Everest," kata Shantanu.

BACA JUGA: Parah! Gunung Everest Jadi Tempat Sampah Tertinggi Sedunia

Cash, seorang kakek dari Utah, pingsan di dekat zona kematian di jalan setapak yang memiliki ketinggian sekitar 8.770 meter, menurut Pioneer Adventure. "Tim kami melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan hidupnya," catat perusahaan itu, seraya menambahkan bahwa Sherpa (pemandu Gunung Everest) bahkan menariknya untuk turun gunung.

"Upaya terbaik telah dilakukan, pasokan oksigen yang cukup dan dukungan medis, tapi mereka tidak dapat menyelamatkan hidupnya," katanya.

Lebih dari 200 pendaki Gunung Everest tewas di puncaknya sejak 1922 sejak kematian pertama dicatat. Mayoritas mayat diyakini masih terkubur di bawah gletser atau salju.


(msl/aff)

Hide Ads