Kehidupan Beragama yang Damai Dimulai dari Selatan Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tapal Batas

Kehidupan Beragama yang Damai Dimulai dari Selatan Indonesia

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 19 Sep 2019 18:30 WIB
Para remaja di Rote (Ari Saputra/detikcom)
Rote - Toleransi dan rasa damai dalam kehidupan beragama dimulai dari selatan terdepan Indonesia. Di Pulau Rote, masyarakatnya hidup dalam kerukunan.

20-26 Agustus 2019, tim Tapal Batas detikcom bersama Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjelajahi Kabupaten Rote Ndao di NTT. Kabupatennya berupa kepulauan dengan total 96 pulau. Namun, hanya 7 pulau yang berpenghuni dengan Pulau Rote sebagai yang paling besar.

Terdapat 10 kecamatan di Rote Ndao. Tiap kecamatan punya potensi dan tempat wisata yang beragam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BACA JUGA: Bukan di Afrika, Ini di Selatan Indonesia

Mulut Seribu, salah satu destinasi wisata yang indah di Rote (Ari Saputra/detikcom)Mulut Seribu, salah satu destinasi wisata yang indah di Rote (Ari Saputra/detikcom)


Bukan hanya destinasi wisata dan budayanya, kehidupan di Rote juga memikat hati. Khususnya, soal toleransi dalam umat beragama.

"Di sini tidak ada gesekan agama, tidak ada sama sekali. Semuanya hidup damai dan rukun," kata Frengky, salah seorang warga Rote yang memandu perjalanan kami.

Sepanjang perjalanan, kami memang merasakan betapa rukunnya masyarakat Rote. Pun kepada wisatawan baik dari dalam dan luar negeri, semua menyambutnya dengan suka cita.

"Kita senang kalau ada wisatawan, biar mereka juga bisa melihat indahnya Rote," tutur Frengky.

BACA JUGA: Wisata ke Rote, Aman Nggak Ya?

Masyarakat Rote hidup dalam kerukunan umat beragama (Afif Farhan/detikcom)Masyarakat Rote hidup dalam kerukunan umat beragama (Afif Farhan/detikcom)


Tak hanya Frengky, Komandan Kodim (Dandim) 1627/Rote Ndao Letkol Kav Andriyan Wahyu Dwi Atmoko menuturkan hal yang sama. Menurutnya, angka kriminalitas di Rote sangatlah kecil.

"Di Rote semua kondusif. Jika ada yang melakukan kejahatan mau kabur ke mana sih, pelabuhan dan bandara kita jaga kok," kata Andriyan.

Soal toleransi agama, Andriyan menjelaskan tidak ada pergesekan umat beragama di Rote. Misal ada suatu isu heboh di kota besar layaknya di Jakarta atau lainnya, maka penduduk Rote tidak ikut-ikutan.

"Pendeta di sini mengajak jamaatnya untuk hidup damai dan saling menghormati, begitu pula pemuka agama dari umat Muslim. Saling merangkul dan saling menjaga," tegas Andriyan.

Komandan Kodim (Dandim) 1627/Rote Ndao Letkol Kav Andriyan Wahyu Dwi Atmoko (Wirsad Hafiz/detikcom)Komandan Kodim (Dandim) 1627/Rote Ndao Letkol Kav Andriyan Wahyu Dwi Atmoko (Wirsad Hafiz/detikcom)


Muhammad Ali, pengurus Masjid Tua Rote yang merupakan tempat ibadah umat Muslim sekaligus cagar budaya, berpendapat toleransi beragama di Rote sangat terasa. Umat Nasrani dan umat Muslim saling membantu.

"Di sini mayoritas umat Nasrani, umat Muslim hanya 25 persen. Meski begitu, kita semua saling membantu. Tetangga saya seorang Nasrani, pasti saya bantu dan begitu juga sebaliknya," papar Ali.

Masyarakat Rote yang punya toleransi tinggi (Ari Saputra/detikcom)Masyarakat Rote yang punya toleransi tinggi (Ari Saputra/detikcom)


BACA JUGA: Rote yang Indah Pelan-pelan Pariwisatanya Berbenah

Tentu, kedamaian dalam umat beragama di Rote akan membuat wisatawan nyaman. Wisatawan bisa ikut merasakan kedamaian dalam kehidupan beragama di titik selatan terdepan Indonesia.

Kabupaten Rote Ndao sendiri pun pelan-pelan membenahi sektor wisata. Akses penunjang pariwisata disiapkan, sumber daya manusia diasah dan peran BRI sebagai bank nasional di Rote juga turut membantu masyarakat untuk menjual suvenir seperti lewat UMKM dan program lainnya.

BACA JUGA: Tren Belanja Online Sampai ke Pulau Paling Selatan RI

Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com


(aff/aff)

Hide Ads