Sebuah bar tertinggi di dunia, di kaki Gunung Everest, biasa bertarung dengan risiko besar pengiriman barang kini sedang melawan COVID-19. Mampukah bertahan?
The Irish Pub, begitulah papan nama yang ada di atas pintu bangunan hijau berdinding papan kayu. Makanan enak, minuman beralkohol murah, dan musik sip menjadi tagline yang dipasang tepat di atas pintu bar itu.
Bangunan dan menu yang ditawarkan sih tak berbeda dengan kebanyakan pub, namun lokasinya yang tak biasa membuat bar ini spesial. The Irish Pub ini berada di ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut (mdpl), lebih tinggi dari puncak Gunung Slamet di Jawa Tengah bahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Irish Pub berada di jalur pendakian Gunung Everest, tepatnya di Namche Bazar. Karena pendakian sedang ditutup untuk memutus rantai penularan virus Corona, bar itu juga turut berhenti beroperasi.
Pub itu tak melayani tamu sejak 10 April. Pemiliknya, Dawa Sherpa, optimistis The Irish Pub bakal hidup lagi dan memenangkan pertarungan atas COVID-19.
Angin segar itu berembus setelah pemerintah Nepal mengumumkan bakal mengizinkan pendakian di Himalaya saat musim gugur, yang biasanya datang pada September. Itu bakal diawali dengan pembukaan gerbang negara dan beroperasinya lagi penerbangan internasional mulai Agustus yang sudah mati suri sejak Maret.
Apalagi, tahun depan, katanya bakal ada rute baru. Pemilik The Irish Pub, Dawa, optimistis bisa lebih mudah mendatangkan bir, makanan, dan meja biliar. Selama ini, dia cuma bisa mendatangkan barang-barang dagangannya itu lewat bandara paling menakutnya di dunia kemudian diangkut dengan jalan kaki selama dua hari.
Baca juga: Gunung Everest Kembali Terima Pendakian |
Punya Akamsi
The Irish Pub, yang menjadi bar tertinggi di dunia, itu bukan punya orang Irlandia. Pemiliknya adalah anak kampung sini (akamsi) Nepal. Dia Dawa seorang pria berusia 35 tahun. Dia juga pernah menjadi pemandu pendakian Gunung Everest.
Ya, Dawa bukan tumbuh di keluarga pemilik cafe atau dagang lainnya. Ayah dan ibunya bekerja di pertanian dan peternakan.
Setelah belajar di Khumjung, sekolah di atas awan yang dibangun oleh Sir Edmund Hillary's Himalayan Trust pada 1961, dia belajar manajemen bisnis di Kathmandu. Setelah lulus dan pulang kampung di bekerja sebagai guide pendakian.
![]() |
Kakaknya, Phurba Tenzhing, yang menjadi pemilik kedai roti di Namche, menyadari ada potensi besar pasar di Namche. saat itu, di tahun 2011, wisata pendakian gunung Himalaya mengalami perubahan. Pertumbuhan turis petualangan alam bebas menggila dan efek dramatisnya amat terasa di desa-desa di kaki gunung. Tapi waktu itu kawasan tersebut baru memiliki satu bar.
Phurba terinspirasi sebuah bar yang bernuansa Irlandia, milik orang Irlandia, yang ada di Kathmandu yang pernah dikunjunginya. Dia pun memimpikan untuk membangun bar ala Irlandia di ketinggian yang tidak biasa, di Namche, agar bisa mendapatkan predikat bar tertinggi sejagat.
Tak mau gegabah dalam memberikan julukan itu, kakak beradik itu berselancar di dunia maya. Hasilnya, mereka menemukan sebuah bar Paddy Bar di Cusco, Peru.
"Kami lebih tinggi. Mereka 50 meter di bawah kami," kata Dawa.
Akhirnya pada 2011 mereka mengumumkan membuat bar tertinggi dan paling terpencil di dunia, bar Irlandia, The Irish Pub.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!