Setiap tahun, warga Desa Jepang Kecamatan Mejobo, Kudus menggelar tradisi Rebo Wekasan. Namun, Kirab air salamun pada tahun ini ditiadakan karena pandemi COVID-19.
"Tidak ada kirab air Salamun, Kita bagikan masing-masing koordinator RT dan RW di Desa Jepang. Perlu diketahui bahwa untuk ritual air salamun pada Rebo Wekasan ini berjalan dari zaman dulu," kata Koordinator Pembagian Air Salamun, Muhammad Ridwan kepada detikcom saat ditemui di Masjid Jami Wali Al-Ma'mur Desa Jepang, Selasa (13/10/2020) malam.
Pantauan detikcom sejumlah pemuda setempat sibuk mewadahi air salamun di kompleks Masjid Jami Wali Al-Ma'mur Desa Jepang, Selasa (13/10/). Air salamun berasal dari sumur peninggalan Sunan Kudus yang berada di komplek Masjid Wali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelum dibungkus, air tersebut didoakan oleh tokoh masyarakat setempat. Setelah itu dibungkus setiap kantong plastik berukuran 2 liter.
Air salamun yang sudah dibungkus dalam plastik kemudian dimuat dalam kendaraan terbuka. Setelah itu diantarkan ke masing-masing koordinasi RT dan RW di Desa Jepang.
Ridwan menuturkan bahwa, air salamun ini diyakini ada khasiatnya sendiri. Dengan air salamun itu dipercaya akan menolak bala. Tahun ini dibagikan sebanyak 4.000 bungkus. Tahun lalu sebelum pandemi ada 10 ribu bungkus.
"Para ulama setiap bulan Safar ada hari Allah menurunkan 313 ribu bala dan ahli khasaq mempelajari bagaimana menolak bala antara dengan membuat air salaman. Di antaranya itu dibacakan dengan ayat-ayat Al Quran dan Insyaallah menjadi tolak bala warga sekitar," kata Ridwan.
![]() |
Menurutnya biasanya setiap tahun tradisi Rebo Wekasan digelar secara meriah. Mulai sepekan sebelum hari pelaksanaan digelar dengan berbagai macam acara. Namun tahun ini karena pandemi, kirab air salamun ditiadakan.
"Tidak hanya pembagian saja tapi ada rangkaian ramai sekali. Tahun ini karena masa pandemi kita ditiadakan, desa mengimbau jangan ada kerumunan," ujar Ridwan.
![]() |
Sekretaris Pokdarwis Desa Jepang, Fatkhur Rokhman Aziz mengatakan bahwa Rebo Wekasan bukan tradisi hanya di Desa Jepang. Melainkan dilakukan di sejumlah wilayah di Indonesia. Namun di Desa Jepang berbeda dengan yang lain, karena air salamun yang dibagikan berasal dari sumur peninggalan Sunan Kudus.
"Rebo Wekasan tidak hanya desa Jepang saja. Itu Rebo Wekasan umat silam di Jawa (seluruh Indonesia). Yang menjadi unik sendiri di Masjid Wali ini, air salamun yang dibagikan diambil sumur peninggalan Sunan Kudus yang ada di masjid. Itu yang paling pembeda," kata Aziz kepada detikcom saat ditemui di Masjid Wali, Selasa malam ini.
Aziz mengatakan, tradisi Rebo Wekasan di Desa Jepang pun ada sejarahnya. Yakni dikembangkan oleh leluhur waktu dulu adalah Syaid Doro Ali Al- Idrus. Beliau kata dia adalah tokoh yang melestarikan di Masjid Wali semenjak peninggal Sunan Kudus dan Arya Penangsang.
"Kalau sejarahnya tokoh berpengaruh perkembangan di Jepang itu adalah Syaid Doro Ali Al-Idrus, beliau adalah salah satu tokoh yang melestarikan masjid ini. Kalau dulunya masjid ini dulunya dibangun oleh Arya Penangsang dan Sunan Kudus, ada beberapa tokoh tapi riwayatnnya tidak terlacak. Dan tokoh ini yang masih dekat, dan kemudian menghidupkan kembali tradisi Rebo Wekasan," kata Aziz.
"Lalu ada tradisi Rebo Wekasan sebagai sarana untuk mendakwahkan islam kembali sampai sekarang," ujar dia.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum