Sampai akhirnya pada 2007, seorang teman mengajaknya bergabung ke dunia penerbangan. Kala itu Diana berhasil masuk sebagai instruktur penerbangan.
"10 tahun saya tidak buka buku sama sekali. Makanya ketika ada teman saya yang kembali mengajak saya terbang, yang terbaik buat saya pada saat itu adalah menjadi flight instructor (instruktur penerbangan). Jadi ketika itu, otomatis saya mau tidak mau mereview pelajaran dasar pada saat di flying school. Menjadi flight instructor saya harus training dulu, belajar lagi," ia mengungkapkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barulah pada 2013 ia akhirnya dapat menjadi pilot. Diana merupakan salah satu contoh sosok perempuan yang pantang menyerah menggapai mimpinya menjadi pilot meskipun usianya tak lagi muda.
"Butuh perjuangan yang panjang ya. Karena karir saya tidak seperti yang lain, teenager (remaja) sudah langsung terbang."
"Saya mulai dengan status sebagai istri seorang prajurit. Kemudian saya punya anak 3, saya harus mulai lagi dari nol yang ibaratnya semua harus sinergi kan. Anak harus oke, suami harus oke, organisasi yang lain juga harus oke," ia mengungkapkan.
![]() |
Namun ia bersyukur di maskapai Citilink, ia tidak mendapatkan diskriminasi, termasuk dalam hal gender.
"Secara umum tidak ada perbedaan karena profesionalisme Citilink bagus. Kalau untuk libur saat PMS pasti dapat. Juga cuti hamil, sesuai aturan ketenagakerjaan," ia menjelaskan.
Kesabaran kedua pilot ini juga kembali diuji pada 2020. Pandemi Corona telah memaksa mereka untuk terbang lebih sedikit daripada kondisi normal. Namun kondisi ini masih lebih baik ketimbang nasib maskapai lain yang sampai mem-PHK karyawannya.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!