Yogyakarta -
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melepasliarkan seribu ekor tukik di Pantai Trisik, Kulon Progo belum lama ini.Seperti apa?
Pantai Trisik memang merupakan salah satu pantai di pesisir selatan DIY, tepatnya di Kulonprogo, yang kerap menjadi tempat pendaratan penyu bertelur. Oleh swadaya masyarakat, pantai ini juga dijadikan kawasan konservasi mini dan riset untuk satwa penyu jenis lekang (Lepidochelys oliviacea).
Selain itu, Pantai Trisik merupakan tempat untuk birdwatching atau pengamatan burung. berbagai macam burung singgah di sini, termasuk beberapa burung langka dan dari luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, total sudah sekitar 8 ribu tukik dilepasliarkan di pantai itu.
"Iya, kemarin Minggu (22/11), di penghujung tahun 2020, kami bersama Direktur Jenderal KSDAE Wiratno melepasliarkan 1.000 ekor tukik di Pantai Trisik Kulon Progo," kata Kepala BKSDA Yogyakarta Muhammad Wahyudi saat dihubungi wartawan, Selasa (24/11/2020).
Ia menjelaskan terhitung sejak tahun 2004-2019, di Pantai Trisik telah dilakukan release penyu sebanyak 8.861 ekor tukik. Kemudian di tahun 2020 tercatat sebanyak 4.778 telur dari 58 sarang yang telah diamankan dan dirawat.
"Dari 4.778 telur penyu tersebut, sebanyak 3.000 telur berhasil menetas sebagai tukik dan sekitar 2.000 ekor tukik telah dilepasliarkan. Hal tersebut membuat Pantai Trisik dikenal sebagai salah satu ikon eduekowisata di DIY," ujarnya.
Penghargaan untuk Penyelamat Penyu dan Pelestari Burung
Selain melepasliarkan tukik, Dirjen KSDAE juga memberikan penghargaan kepada kader konservasi. Mereka enam orang kader kelompok penyelamat penyu dan dua orang pelestari burung di Jatimulyo.
"Kader konservasi dan pelestari burung ini menjadi ujung tombak di garda depan upaya konservasi satwa yang berasal dari unsur masyarakat. Oleh karenanya menjadi tanggung jawab Balai KSDA Yogyakarta untuk terus berdampingan memadukan langkah dalam upaya konservasi demi terciptanya kelestarian satwa di DIY," kata dia.
Beberapa kader konservasi yang menerima penghargaan antara lain Rujito (Kader Konservasi Pelestari Penyu Pantai Samas) yang telah memulai upaya penyelamatan danpelestarian penyu sejak tahun 2001
"Rujito berhasil merawat 39 sarang telur penyu dengan jumlah telur sebanyak 3.687 butir, yang berhasil menetas sebanyak 1.595 butir dan merelease tukik sebanyak 1.092 ekor," dia menjelaskan.
Kader konservasi selanjutnya adalah Jarnuji atau yang lebih dikenal dengan Mbak Kromo dan Dwi Suryo yang juga merupakan putra dari Mbah Kromo ini aktif melakukan kegiatan pelestarian penyu di Pantai Trisik sejak tahun 2004 hingga sekarang.
"Setiap tahunnya kader konservasi Pantai Trisik telah mengamankan dan merawat telur penyu rata-rata sebanyak 800-1.000 butir telur penyu lekang," dia menjelaskan.
Sementara itu, dua orang pelestari burung Jatimulyo yang turut mendapatkan penghargaan pada kesempatan kali ini adalah Anom Sucondro dan Suparno.
Anom yang juga dikenal sebagai seniman dan dalang dari Jatimulyo. Untuk menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat, Anom Sucondro membawa pesan-pesan konservasi tersebut melalui seni khususnya pewayangan.
"Anom pada saat menjabat sebagai Kepala Desa Jatimulyo menerbitkan Perdes terkait upaya konservasi seperti Perdes larangan berburu, Perdes Perlindungan dan Pengelolaan sumber mata air; gerakan karst mandiri," kata dia.
Sementara itu, Suparno dikenal sebagai penggiat dan pelopor konservasi burung di Jatimulyo sejak tahun 2012 sampai saat ini. Suparno merupakan pelopor program "Adopsi Sarang" yang bertujuan untuk memulihkan populasi aves yang sudah menurun dan sekaligus menjalankan amanat Perdes Pelestarian Lingkungan Hidup di Desa Ramah Burung Jatimulyo.
"Kontribusinya terhadap upaya konservasi dilakukannya dengan mendata jenis burung yang ada di Desa Jatimulyo dan sampai dengan tahun 2020 telah terdata sebanyak 102 jenis burung di Jatimulyo," kata dia.
Simak Video "Video: Intip Jeroan 'Penyu Kardus' yang Viral di Alun-alun Gadobangkong"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!