Kapal Uap Sudan (SS Sudan) yang sudah seabad menjelajahi Sungai Nil masih menjadi primadona traveler yang berwisata ke Mesir. Turis-turis itu ingin napak tilas jejak novelis Agatha Christie.
Sebuah novel karya Christie, yang dijuluki Ratu Kejahatan, terkait erat dengan SS Sudan. Judulnya, Death on the Nile.
Novel yang dirilis pada 1937 itu menceritakan aksi detektif asal Belgia, Hercule Poirot, yang menyelidiki pembunuhan di antara pelancong tajir melintir saat berlayar di Sungai Nil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengalaman Agatha Christie naik kapal, suasana, dan rutenya, menjadi inspirasi dia menulis bab-bab pertama," kata Amir Attia, direktur kapal pesiar itu, dan dikutip AFP.
Terlepas dari setting di novel Agatha Christie, SS Sudan memang bukan kapal biasa. SS Sudan dirakit untuk keluarga kerajaan Mesir pada tahun 1885 dan diubah menjadi kapal pesiar pada tahun 1921.
Agatha menumpang SS Sudan bersama suami keduanya, arkeolog Max Mallowan, pada tahun 1933.
Daftar Tunggu 2 Tahun
SS Sudan memiliki 23 kamar standar dan suite. Kamar yang diinapi Agatha Christie waktu itu menjadi yang paling populer di kalangan wisatawan saat ini.
Selain mengintip kamar Agatha Christie, bersama SS Sudan, wisatawan memang diajak untuk menelusuri rute perjalanan asli Christie. Termasuk, berhenti di situs arkeologi kuno yang sama.
Cuma soal mesin kapal yang berbeda dari tahun itu. Kapal sekarang menggunakan tenaga diesel dan surya, bukan batu bara.
Sebanyak 67 staf bertugas di kapal, dan perjalanan mewah delapan hari juga termasuk menginap di dua hotel bersejarah bertarif USD 4.000 (sekitar Rp 56,4 juta).
Untuk bisa pesiar dengan kapal itu dan menginap di dalam kabin Christie, wisatawan harus punya uang tentu saja dan sabar menunggu jadwal. Sebab, daftar tunggunya sangat panjang.
"Ada permintaan pemesanan hingga dua tahun sebelum keberangkatan," ujarnya.
Pede Terus Berlayar
Dengan popularitasnya dan sejarah yang dimiliki, Attia optimistis SS Sudan akan terus berlayar. Dia tidak akan menyerah dari pandemi virus Corona seperti sektor wisata lain.
"Produk saya unik. Mesir sebagai tujuan wisata tidak akan pernah mati," ujar Attia.
Selain itu, SS Sudah memiliki pengalaman menghadapi krisis. Kapal itu terbengkalai selama beberapa dekade setelah Perang Dunia II, tetapi diselamatkan dan direnovasi pada tahun 1991.
Setelah itu, kapal tersebut sempat ditinggalkan namun kemudian diperbaiki untuk kedua kalinya pada tahun 2000.
Tahun lalu kapal itu sempat mangkrak di pelabuhan, tetapi mulai beroperasi lagi setelah diizinkan.
"SS Sudan adalah kapal pesiar pertama yang dibuka kembali untuk bisnis pada Oktober," kata Attia.
"Kami dengan cepat menerima reservasi, sampai-sampai kami harus membatalkan beberapa pemesanan karena terlalu banyak," kata Attia.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!