Lumba-lumba rupanya memiliki ingatan tajam. Lumba-lumba bakal membalas kebaikan, bisa juga menyimpan dendam mendalam.
Dikutip dari Yahoonews, Sabtu (24/4/2021), peneliti dari Universitas Bristol menyebut lumba-lumba sebagai mamalia laut, yang diyakini sebagai salah satu hewan paling cerdas, membentuk kelompok sosial dan persahabatan berdasarkan ingatan balas budi yang mirip dengan manusia.
Jika lumba-lumba membantu anggota kelompok lumba-lumba lain yang tengah menghadapi bahaya, besar kemungkinan itu merupakan balasan atas kebaikan sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Niat baik itu menular kepada lumba-lumba satu kelompok yang pernah dibantu lumba-lumba lain.
Begitu pula sebaliknya. Jika lumba-lumba mengabaikan tanggung jawabnya dan berenang menjauh, serta tidak memberikan pertolongan, kemungkinannya lumba-lumba itu pernah tersakiti di masa lalu oleh kawanan yang pernah mengabaikannya.
Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Nature Communications.
Penemuan itu didasarkan pada pengamatan selama 30 tahun terhadap lumba-lumba hidung botol yang hidup di Shark Bay, Australia Barat. Drone diterbangkan di atas kawanan lumba-lumba untuk mengamati perilaku lumba-lumba itu.
"Hewan dapat memiliki cara yang canggih untuk mengklasifikasikan hubungan dengan anggota spesies yang sama," kata Dr Stephanie King dari Fakultas Ilmu Biologi Universitas Bristol.
"Dalam masyarakat kita sendiri, kita menggunakan pengetahuan sosial untuk mengklasifikasikan individu ke dalam kelompok yang memiliki ikatan khusus, seperti tim olahraga dan sekutu politik," dia menjelaskan.
"Lumba-lumba hidung botol membentuk aliansi paling kompleks di luar manusia, dan kami ingin tahu bagaimana mereka mengklasifikasikan hubungan ini," dia menambahkan.
Nah, rupanya lumba-lumba bekerja sama karena sejumlah alasan, antara lain untuk menyerang pesaing atau melindungi kelompoknya.
Dalam penelitian itu mereka menganalisis cara lumba-lumba jantan menanggapi panggilan jantan lain.
Para peneliti itu menemukan bahwa lumba-lumba jantan merespons dengan kuat semua sekutu mereka yang secara konsisten membantu di masa lalu, bahkan jika mereka tidak bersahabat saat itu.
Sebaliknya, mereka bakal mengabaikan kawanan lumba-lumba yang tidak datang membantu di masa lalu, meskipun jika mereka berteman.
"Konsep seperti itu berkembang melalui pengalaman dan kemungkinan memainkan peran dalam perilaku kooperatif manusia purba," kata Dr King.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa konsep berbasis kerja sama tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga terjadi pada kelompok hewan lain meskipun tidak berkerabat," dia menjelaskan.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia