Masih Ada Program Cinta Bumi dari Kemenparekraf

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Masih Ada Program Cinta Bumi dari Kemenparekraf

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Rabu, 19 Mei 2021 16:43 WIB
Diluncurkan bulan September lalu fitur serap jejak karbon dari Gojek, GoGreener Carbon offset memasuki babak baru setelah berhasil mencapai target penanaman pohon fase pertamanya.
Ilustrasi jejak karbon (Foto: Dok. Gojek)
Jakarta -

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif punya program nyata terkait cinta bumi. Pemerintah ingin traveler tak meninggalkan karbon di lokasi wisata atau menguranginya.

Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, tetap ada ramah lingkungan dalam program CHSE, yakni cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment (ramah lingkungan). Program itu akan berlanjut ke tahap selanjutnya.

"Pariwisata berkelanjutan, CHSE, e yang terakhir adalah environmental sustainability," kata Sandi dalam temu wartawan mingguan di Jakarta, Selas (19/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita akan meneruskan program destinasi pariwisata berkelanjutan. Di mana program tersebut merupakan upaya verifikasi dan sertifikasi destinasi yang telah mengimplementasikan standar pariwisata berkelanjutan," dia menambahkan.

Lalu, setelah proses verifikasi selesai, Kemenparekraf akan menyentuh masalah dasar destinasi wisata, salah satunya pengelolaan sampah plastik. Hingga akhirnya, pemerintah akan membuat alat pengukur jejak karbon di pintu destinasi wisata.

ADVERTISEMENT

"Kedua, setelah kita melihat ternyata program-program kita harus menyentuh masalah mendasar mengenai pengelolaan sampah plastik di destinasi. Jadi ini akan kita kembangkan sebagai pilar kedua. Yaitu pengelolaan sampah plastik di destinasi," kata Sandi.

"Setelah itu yang ketiga adalah program sertifikasi CHSE akan kita dorong untuk kita perluas dengan melibatkan pentahelix," dia menambahkan.

"Dan kita juga sedang menjajaki terkait carbon foot print. Nah ini yang menarik, konsepnya seperti kalkulator," kata Sandi.

Jadi, destinasi wisata akan mengukur tiap sampah karbon yang dibawa pengunjung. Alat ini nanti diharapkan memberi wawasan lebih dan menggugah rasa cinta ke bumi dari para wisatawan.

"Kita masuk ke suatu destinasi wisata dan nanti akan muncul jumlah karbon atau skema carbon foot print kalkulator di setiap destinasi wisata," kata Sandi.

"Sehingga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meningkatkan awareness dan juga mendorong masyarakat untuk mengurangi emisi karbon," dia menambahkan.




(msl/fem)

Hide Ads