Pencurian dan perdagangan satwa liar masih marak di masyarakat. Menurut data dari WCS-IP, dalam kurun waktu 2015-2017 angka kasus kejahatan pada satwa liar terus meningkat yakni dari 106 kasus menjadi 225 kasus.
Salah satu sebabnya adalah permintaan akan satwa ini masih tinggi. Polisi Kehutanan (Polhut) pun berharap masyarakat menyetop kebiasaan memelihara satwa liar.
Saat ini banyak figur publik di Indonesia yang kerap mempertontonkan koleksi satwa liar yang mereka miliki. Mulai dari ular, monyet, hingga harimau diperlakukan bak binatang peliharaan pada umumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, di mata penjaga hutan seperti Polhut, hal tersebut tidak tepat. Apalagi untuk satwa liar dilindungi yang keberlangsungan eksistensinya kian terancam oleh para pemburu.
"Masyarakat Indonesia yang masih memelihara satwa liar dilindungi berhenti deh. Kembangbiakkan itu, biarkan ada di alam sampai banyak, sampai status dilindunginya dicabut," kata Polhut di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) kepada detikcom.
"Akan lebih baik satwa liar tetap di alam, dijaga kelestariannya. Kalaupun mau mengembangbiakkan ada aturannya," kata dia.
Polhut itu mencontohkan soal konservasi ikan arwana. Ikan ini sebenarnya merupakan satwa liar dilindungi namun berhasil dikembangbiakkan dalam jumlah tertentu karena kedisiplinan mengikuti aturan.
"Ada penangkaran arwana. Dia dilindungi tidak? Dilindungi. Jumlahnya di alam terbatas dan ada di daerah tertentu. Nah, silakan ajukan penangkaran arwana untuk selanjutnya bisa dikomersilkan. Tapi ada kewajiban untuk pemegang izin tersebut, untuk melakukan melepasliarkan arwana dalam kurun waktu tertentu," ujarnya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk menghentikan pembelian satwa liar baik yang dilindungi dan tidak dilindungi. Satwa liar memang sudah dikodratkan untuk tinggal di alam karena mereka merupakan bagian dari rantai makanan yang akan menjaga kestabilan ekosistem. Bila terus diambil, ekosistem dapat terguncang dan berakibat buruk bagi manusia juga.
"Untuk mereka yang mau supaya satwa liar di alam tetap ada, satwa dilindungi tetap lestari, kita sama-sama stop perdagangan satwa liar dilindungi. Biarkan mereka tetap ada di alamnya supaya anak-anak kita, cucu-cucu kita tahu, bisa dijumpai bukan cuma sekedar lihat di gambar, di Youtube, di medsos atau tempat lain," pungkasnya.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol