Geliat perhotelan di Kota Sorong, Papua mulai membaik. Di awal pandemi, tiada tamu yang menginap dan hampir seluruh karyawan dirumahkan.
Keadaan ini diceritakan oleh Fedi, staf di Favehotel Sorong. Di awal-awal pandemi, pihaknya akan sangat bersyukur sekali bila mendapat tamu.
"Pas awal itu tamu kita mulai menurun dari 70% sampai turun ke 0%. Pas masa-masa itu semua karyawan dirumahkan," kata dia beberapa waktu lalu di Kota Sorong akhir bulan Oktober lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pandemi mulai dari Maret 2020, lalu bulan April semua karyawan dirumahkan sampai September dirumahkan semua," imbuh dia.
Di kala tingkat keterisian kamar mulai meningkat, staf hotel dipanggil satu per satu di awal bulan 11. Karyawan yang dipanggil itu pun dipilih yang terbaik dari tiap departemennya.
"Kalau untuk hotel lain beda kebijakan. Tergantung manajemen masing-masing perusahaan. Mereka juga dirumahkan semua perhotelan di Sorong," terang Fedi.
"Bahkan di sini yang bekerja dulu itu yang atasan saja, sebagai kepala tiap departemen. Menginap di kamar juga sambil memantau dan menerima tamu juga," kata dia.
Di masa pandemi itu, tamu yang menginap di hotelnya kebanyakan adalah orang lokal. Dan Kini keadaan mulai membaik.
"Kalau untuk sekarang setelah PPKM terakhir ini situasinya kembali normal. Sepertinya sudah 80% kembali normal," terang Fedi.
"Di Sorong itu ketika penerbangannya dibuka berarti masih ada tamu yang menginap. Intinya bandara jangan sampai tutup, itulah kuncinya," imbuh dia.
Selanjutnya: Mulai Normal Desember 2020
"Untuk yang liburan itu dia mulai ada pada 21 Maret 2021. Mereka berkunjung ke Raja Ampat atau ke daerah Papua Barat lainnya," jelas dia.
Lalu, apakah sekarang sudah normal?
"Saya melihat dari hotel ini saja sepertinya sudah normal. Untuk kunjungan tamunya sudah normal," kata Fedi.
"Kalau hotel lainnya belum tahu. Untuk hotel ini sudah normal lah karena setiap hari okupansinya bisa mencapai 80% dan dua mingguan terakhir sudah 90% selama bulan Oktober," imbuh dia.
"Di Fave Hotel ini yang menginap orang Papua 40%, orang Jawa 30%, selebihnya dari pulau-pulau lainnya," kata dia lagi.
Bagaimana perbandingan okupansi sebelum pandemi?
"Sebelum pandemi di 2019 itu malah kurang, karena sistem bisnisnya yang belum matang. Dia mulai berkembang setelah tahun 2020 karena perusahaan sudah mulai banyak di Sorong," kata dia.
Simak Video "Video Gadis di Sorong Dianiaya-Nyaris Diperkosa di Pinggir Jalan"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)

Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum