Transmigran di Sorong: Berkecukupan dari Cabai Keriting

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Transmigran di Sorong: Berkecukupan dari Cabai Keriting

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Senin, 08 Nov 2021 07:13 WIB
Ini adalah cerita dari keluarga transmigran yang kini tinggal di Kota Sorong, Papua Barat. Mereka berasal dari Lampung, namun kakek buyutnya berasal dari Kebumen, Jawa Tengah.
Agus saat ditemui di Sorong, Papua Foto: Ahmad Masaul
Sorong -

Kota Sorong, Papua Barat jadi bagi para transmigran. Kota yang dikenal sebagai gerbangnya Pulau Papua itu menjadi tempat indah para transmigran yang kini hidup berkecukupan.

Kota Sorong seperti tak mengenal musim kemarau karena yang terpanjang hanya berlangsung selama sebulan. Celah itu dimanfaatkan benar oleh Agustian (23) dan keluarganya untuk menanam cabai keriting hingga bisa membeli mobil dan hidup berkecukupan.

"Awal mula pindah karena banyak orang Lampung di sini. Tapi profesinya pada rental mobil semua," kata Agus saat berbincang dengan detikTravel beberapa waktu lalu di Kota Sorong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah bapak yang background-nya di pertanian. Begitu pula saya, ikut bapak karena saya cuma lulusan SMP. Ikut berkebun begitu," imbuh dia.

"Sekolah terakhir saya itu juga putus karena tiada biaya," kat dia lagi.

ADVERTISEMENT

Tekun dalam menanam cabai, mereka pun bisa membeli mobil. Jadi, mereka memang hanya fokus menanam cabai saja.

"Hasil dari tani di sini. Alhamdulillah. Kita fokus di lombok. Nggak ada yang lain. Sudah didalami dari (Lampung) sana kan," terang Agus.

Kota Sorong memiliki iklim yang unik. Karena, ia bisa memanen cabai keriting sebanyak tiga kali karena jeda singkat di musim kemarau.

"Kalau di sini kemarau paling lama itu selama satu bulan. Jadi kita satu tahun bisa tiga kali tanam," jelas dia.

Lalu, berapa keuntungan dari menanam cabai keriting?

"Kalau keuntungannya tergantung harga. Paling tinggi di sini lombok keriting itu dihargai Rp 60.000. Kalau paling rendahnya Rp 20.000 dari petani," kata Agus.

"Standarnya Rp 25.000-30.000 dan ada pengepulnya di sini," imbuh dia.

Keluarga Agus masih menyewa lahan di Kota Sorong. Lahan seluas tiga hektar ditanami cabai keriting sepenuhnya.

"Tanah kita masih garapan. Kita sewa semua hampir tiga hektar dari transmigran juga," terang dia.

Saat ini, selain berprofesi sebagai pengemudi mobil rental di Sorong, Papua Barat, Agus juga masih mengelola lahan pertanian. Kisah lengkapnya masih berlanjut di artikel selanjutnya.




(msl/ddn)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Pengadu Nasib di Papua
Pengadu Nasib di Papua
7 Konten
Ini adalah kisah pengadu nasib, transmigran yang kini tinggal di Kota Sorong, Papua Barat. Mereka berasal dari Lampung, namun kakek buyutnya berasal dari Kebumen, Jawa Tengah.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads