Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Jumat, 14 Jan 2022 22:09 WIB

TRAVEL NEWS

Sedih Banget! Makin Banyak Gajah Mati Akibat Makan Sampah Plastik

Femi Diah
detikTravel
Wild elephants scavenge for food at an open landfill in Pallakkadu village in Ampara district, about 210 kilometers (130 miles) east of the capital Colombo, Sri Lanka, Thursday, Jan. 6, 2022. Conservationists and veterinarians are warning that plastic waste in the open landfill in eastern Sri Lanka is killing elephants in the region, after two more were found dead over the weekend. Around 20 elephants have died over the last eight years after consuming plastic trash in the dump. Examinations of the dead animals showed they had swallowed large amounts of nondegradable plastic that is found in the garbage dump, wildlife veterinarian Nihal Pushpakumara said. (AP Photo/Achala Pussalla)
Seekor gajah mati setelah mengonsumsi sampah-sampah plastik. (AP/Achala Pussalla)
Kolombo -

Kabar menyayat hati datang dari Sri Lanka. Bertambah lagi jumlah gajah mati setelah menelan plastik.

Kini, dalam tempo delapan tahun terakhir, sebanyak delapan gajah mati setelah menelan sampah plastik. Peristiwa tragis itu terjadi di tempat pembuangan sampah di Desa Pallakkadu di distrik Ampara, sekitar 210 kilometer timur ibukota, Kolombo.

Pemeriksaan hewan yang mati menunjukkan bahwa gajah-gajah itu menelan sejumlah besar sampah plastik yang tidak dapat diurai.

"Polythene, pembungkus makanan, plastik, dan zat yang tidak dapat dicerna lainnya, serta air adalah satu-satunya hal yang bisa kita lihat dalam proses otopsi. Makanan yang seharusnya dikonsumsi dan dicerna gajah malah tidak ada," kata dokter hewan satwa liar Nihal Pushpakumara seperti dikutip AP.

Padahal, gajah merupakan satwa yang dihormati di Sri Lanka, tetapi malah terancam punah. Berdasarkan sensus gajah di negara itu, jumlah mereka berkurang, dari sekitar 14.000 ekor pada abad ke-19 menjadi 6.000 ekor pada tahun 2011.

Gajah-gajah itu semakin rentan karena hilangnya dan degradasi habitat alami mereka. Gajah-gajah itu pun menjelajah lebih dekat ke permukiman warga untuk mencari makanan, yang sering kali tidak layak. Sudah begitu, sebagian gajah dibunuh oleh pemburu liar atau petani yang marah karena kerusakan tanaman mereka.

Pushpakumara menyebut gajah-gajah yang lapar itu mencari sampah di tempat pembuangan sampah, memakan plastik serta benda tajam yang merusak sistem pencernaan mereka.

"Gajah-gajah itu kemudian berhenti makan dan menjadi terlalu lemah untuk menyokong tubuh mereka yang berat agar tetap tegak. Saat itu terjadi, mereka tidak dapat mengkonsumsi makanan atau air, yang mempercepat kematian mereka," kata dia.

Wild elephants scavenge for food at an open landfill in Pallakkadu village in Ampara district, about 210 kilometers (130 miles) east of the capital Colombo, Sri Lanka, Thursday, Jan. 6, 2022. Conservationists and veterinarians are warning that plastic waste in the open landfill in eastern Sri Lanka is killing elephants in the region, after two more were found dead over the weekend. Around 20 elephants have died over the last eight years after consuming plastic trash in the dump. Examinations of the dead animals showed they had swallowed large amounts of nondegradable plastic that is found in the garbage dump, wildlife veterinarian Nihal Pushpakumara said. (AP Photo/Achala Pussalla)Gajah-gajah memakan sampah karena habitat habis. (AP/Achala Pussalla)

Pada tahun 2017, pemerintah mengumumkan akan mendaur ulang sampah di tempat pembuangan dekat zona satwa liar untuk mencegah gajah mengonsumsi sampah plastik. Pemerintah juga merencanakan mendirikan pagar listrik di sekitar lokasi untuk menjauhkan hewan-hewan itu. Namun, dua rencana itu belum sepenuhnya dilaksanakan.

Sebanyak 54 tempat pembuangan sampah di zona satwa liar di seluruh negeri, dengan sekitar 300 gajah berkeliaran di dekatnya.

Tempat pengelolaan sampah di desa Pallakkadu didirikan pada tahun 2008 dengan bantuan dari Uni Eropa. Sampah yang dikumpulkan dari sembilan desa terdekat dibuang di sana, tetapi tidak didaur ulang.

Pada tahun 2014, pagar listrik yang melindungi area pembuangan sampah itu disambar petir dan tidak pernah diperbaiki, sehingga gajah dapat masuk dan mengobrak-abrik tempat pembuangan sampah. Warga mengatakan gajah telah bergerak lebih dekat dan menetap di dekat lubang pembuangan, memicu ketakutan di antara penduduk desa terdekat.

Banyak yang menggunakan petasan untuk mengusir binatang ketika mereka berkeliaran di desa. Selain itu, beberapa memasang pagar listrik di sekitar rumah mereka.

"Tetapi penduduk desa sering tidak tahu cara memasang pagar listrik agar mereka tetap aman dan tidak membahayakan nyawa mereka sendiri maupun gajah," kata Keerthi Ranasinghe, seorang anggota dewan desa setempat.

"Meskipun kami menyebutnya sebagai ancaman, gajah liar juga merupakan sumber daya. Pihak berwenang perlu menemukan cara untuk melindungi kehidupan warga dan gajah yang juga memungkinkan agar kami melanjutkan kegiatan pertanian," dia menambahkan.



Simak Video "Duh! Populasi Satwa Liar di Dunia Turun 69%"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/ddn)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA