Mengerikan Sekali! Calo Ambil Alih Penerbangan di China

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengerikan Sekali! Calo Ambil Alih Penerbangan di China

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Senin, 30 Mei 2022 15:11 WIB
Bandara Hong Kong
Bandara Hong Kong (Foto: Getty Images)
Jakarta -

Beginilah gambaran dari penerbangan yang ada di China baru-baru ini. Calo tiket pesawat mengambil alih pasar di sana.

Seorang traveler mengungkapkannya pada CNN di kala ia mau pulang kampung dari Hong Kong ke Shanghai. Dikutip Senin (30/5/2022), semua itu karena kebijakan nol Covid China yang masih ketat.

Ia bepergian pada awal Maret lalu. Pertama-tama ia kesulitan mendapat tiket pesawat karena pembatasan kapasitas hingga 50% per penerbangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiga hari sebelum keberangkatan, penerbangannya dibatalkan dan kemungkinan besar karena laporan wabah terbaru di Hong Kong. Maskapai tidak memberikan penjelasan resmi dan tiada opsi lain karena semua tiket sudah terjual habis.

Ia lalu memberanikan diri mencari tiket di Weibo. Agen tiket pesawat di China biasa menjual tiket diskon besar-besaran dari maskapai penerbangan.

ADVERTISEMENT

Permintaan besar dari pelajar dan yang bekerja di luar negeri terus meningkat. Dan sangat sedikitnya penerbangan ke China telah mengubah agen-agen ini menjadi calo yang menjual kembali tiket yang didambakan dengan harga selangit.

Tiket pada dasarnya dijual di platform tiket umum dan agen tidak diberikan preferensi. Yang dapat mereka lakukan adalah mengawasi sistem reservasi dan dengan cepat mengambil tiket yang tersisa.

Agen mengatakan ada bot yang terus mencari penerbangan yang diminta dan merebut tiket yang tersedia dalam waktu singkat, tetapi sistem masih membutuhkan banyak pekerjaan manual.

Agen itu mengatakan dia harus bekerja semalaman untuk memantau sistem tiket, karena maskapai cenderung menurunkan beberapa pemesanan hingga larut malam.

Untuk tanggal yang saya rencanakan bepergian, dia meminta 11.000 RMB sekitar Rp 24 juta. Itu harga yang konyol untuk rute 2,5 jam karena harga sebelum pandemi berkisar antara Rp 3,4-6,5 juta per penerbangan.

Merasa seperti saya tidak punya pilihan lain, saya menyetujui harga dan membayar deposit Rp 6,5 juta, yang menurut agen akan dikembalikan kepadanya jika tidak membayar penuh dalam waktu 24 jam.

Karena tiket pesawat dan hasil tes Covid-19 harus bekerja bersama-sama, dia menyarankan agar saya melakukan satu tes Covid-19 per hari selama seminggu penuh untuk berjaga-jaga jika dia menemukan kursi di menit-menit terakhir yang bisa saya pesan.

Untungnya, agen itu membantunya mengamankan pemesanan pada 8 Maret. Dia memberi tahu dalam 20 jam sebelum jadwal keberangkatan. Sekitar waktu yang sama tes PCR saya dari hari sebelumnya kembali negatif dan ia sudah siap untuk pergi.

Tapi, mempunyai tiket bukan berarti bisa terbang. Ia masih belum bisa terbang karena kapasitas pesawat sudah terisi 50%.

Anggota staf maskapai meminta maaf. Mereka terus menghibur dan berjanji bahwa ia bisa mendapatkan kursi untuk penerbangan yang sama besok.

Mereka juga mengatakan bahwa mereka dapat mengatur tes PCR di bandara segera sehingga dirinya dapat menyiapkan laporan yang diperlukan untuk hari berikutnya.

Ia merasa tidak punya pilihan selain mengatakan ya. Maskapai juga memberinya Rp 1,8 juta sebagai kompensasi.

Penumpang lain yang senasib, Sarah Wang, dia bersama beberapa teman lain yang merupakan siswa daratan yang belajar di perguruan tinggi Hong Kong.

Karena tidak mampu membeli tiket dengan harga tinggi dari calo seperti yang ia miliki, pelajar itu membeli tiket yang menawarkan pemesanan fleksibel dan menunggu di bandara semalaman, berharap bisa naik pesawat.

Keesokan harinya, ia akhirnya naik pesawat. Alih-alih bersemangat, ia merasa sedih dan lelah terlepas dari semua kesulitan dan masuk orang yang beruntung bisa pulang.

Secara keseluruhan, traveler ini telah menghabiskan lebih dari USD 3.000 atau Rp 43,6 juta. Ia telah kehilangan USD 160 atau Rp 2,3 juta untuk pemesanan yang dibatalkan dan kemudian membayar USD 1.726 atau Rp 25 juta untuk pemesanan baru ditambah USD 1.130 atau Rp 16,4 juta untuk hotel karantina wajib.

Dalam beberapa kasus, bahkan uang tidak dapat membeli perjalanan pulang. Ia mengetahui bahwa scammers menargetkan orang China perantauan dan memanfaatkan keputusasaan mereka.

Pelajar Sarah Wang memberi tahu saya bahwa taktiknya berhasil dan dia akhirnya berhasil sampai ke Chengdu di China tenggara dengan pemesanan dengan harga reguler (USD 420).

Tapi sebelum itu, dia kehilangan USD 940 karena calo yang menjanjikan dua pemesanan dari Hong Kong ke daratan jika dia membayar deposit. Orang tersebut tidak pernah menjawab setelah dia mentransfer pembayaran dan ditambah kasus lainnya miliaran rupiah telah direnggut oleh calo.



Simak Video "Video: Kepanikan Warga Rongjiang China saat Banjir Besar Melanda"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads