Warga Ukraina Rindu Setengah Mati dengan Liburan yang Nyaman

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Warga Ukraina Rindu Setengah Mati dengan Liburan yang Nyaman

Femi Diah - detikTravel
Selasa, 05 Jul 2022 05:40 WIB
Pantai di Kyiv
Pantai di Kyiv (Getty Images/Joel Carillet)
Kyiv -

Perang dengan Rusia bikin Ivan Sukhanov dan keluarga tidak lagi leluasa liburan. Alih-alih ke luar negeri seperti biasanya, untuk pelesiran di dalam negeri pun tidak nyaman.

Sukhanov dan keluarga memiliki jadwal rutin berlibur di Laut Hitam. Tahun ini, keluarga dari Kyiv itu ingin sekali lagi bepergian ke Mesir. Tetapi, rencana mereka dihentikan paksa karena Ukraina berperang dengan Rusia.

Situasi itu membuat Sukhanov dan keluarga untuk memilih liburan dekat rumah. Mereka berencana pergi ke tepi Sungai Dnipro di ibu kota Ukraina, Kyiv. Mereka berharap bisa menikmati liburan sesantai mungkin, kendati dalam keadaan yang sangat tidak biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami ingin menunjukkan piramida kepada anak-anak, tetapi perang menghancurkan rencana kami," kata pria yang juga insinyur kelistrikan itu seperti dikutip AFP, Selasa (5/7/2022).

"Tahun ini, kami menikmati apa yang ada di sekitar Kyiv, danau, taman... Kami mencoba untuk bisa sesantai mungkin," dia menambahkan.

ADVERTISEMENT

Kyiv memang menawarkan banyak pantai berpasir. Pantai-pantai itu biasanya ramai saat periode musim panas.

Tetapi pada akhir pekan pertama bulan Juli, meskipun suhu mendekati 30 derajat Celcius, tidak ada warga yang terburu-buru untuk mendapatkan tempat terbaik di pantai dan menandainya dengan handuk pantai.

Kota itu masih hidup dengan gerakan amat lambat, meskipun pasukan Rusia menarik diri dari pinggiran utara dan timur laut luar tiga bulan lalu untuk memusatkan serangan mereka di wilayah Donbas di Ukraina timur.

Dibandingkan dengan hujan bom di Donbas dan serangan mematikan di selatan negara itu, Kyiv sekarang relatif tenang.

"Kami mulai terbiasa," Sukhanov mengakui empat bulan setelah pasukan Rusia memasuki negaranya pada 24 Februari.

"Jadi, ketika peringatan serangan udara berbunyi, kami tidak pergi ke tempat penampungan, kami tidak mengikuti aturan keamanan... Kami hidup sebaik mungkin, berharap semuanya akan baik-baik saja," dia menambahkan.

Tetapi, rupanya kecemasan yang lebih buruk bisa datang kapan saja. Itu terjadi saat sebuah rudal menewaskan satu orang dan melukai empat lainnya pada 26 Juni, di lingkungan dekat pusat Kyiv yang telah terkena dua kali.

Banyak juga yang mengaku terpengaruh dengan peringatan serangan udara yang masih terdengar rutin.

"Selain itu, jam malam setiap hari, dari pukul 23:00 hingga 05:00, dan karung pasir yang melindungi patung dan bangunan resmi, dan sulit untuk melupakan bahwa Anda tinggal di negara yang sedang berperang," kata Sukhanov.

Warga Kyiv lainnya, Vera Sapyga, juga mencoba bersenang-senang di Pantai Kyiv tetapi tidak semudah itu untuk bisa menyembunyikan kecemasan.

Sapyga merasakan betul sebuah kekhawatiran saat kembali ke Kyiv pekan lalu setelah meninggalkan kota itu pada hari pertama perang. Dia pindah ke sebuah desa di Ukraina barat bersama putrinya yang berusia lima tahun, Tida.

"Secara batin, itu sangat sulit," kata dia.

"Saya sangat khawatir, dengan adanya sirene peringatan, berita di media. Setiap hari saya menangis. Saya tidak pernah mengalami stres seperti itu," dia menambahkan.

Sapyga bersama putrinya berencana untuk pindah dari Kyiv lagi minggu depan. Mereka memilih terbang ke London untuk tinggal bersama kenalan.

Apalagi, trauma pada 2014 belum benar-benar pulih. Waktu itu, ketika Rusia mencaplok semenanjung Krimea tempat dia dan suaminya tinggal, dia diasingkan.

Jika dia berhasil sampai ke ibu kota Inggris itu, dia tidak tahu berapa lama dia akan tinggal di sana.

"Sangat sulit untuk merencanakan apa pun," kata dia.


Hide Ads