Pilot yang lepas landas dan mendarat di Bandara Juancho Yrausquin harus benar-benar mumpuni. Tidak main-main, bandara ini berpredikat sebagai bandara dengan landasan komersial terpendek di dunia sekaligus bandara paling berbahaya.
Bandara Juancho E. Yrausquin berada di Pulau Saba, Karibia. Bandara itu bukan sekadar bandara bagi warga Saba. Bandara itu seolah gerbang kehidupan buat penduduk.
Lewat bandara itu, Pulau Saba bisa mendatangkan turis asing. Buat penduduk, bandara itu juga menjadi pusat transportasi utama warga lokal yang membutuhkan perawatan medis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pulau itu cuma seluas 8 km. Sudah begitu merupakan pegunungan dan tebing laut yang berliku-liku. Lahan datar untuk landasan tidak bisa terlalu panjang. Bandara itu memiliki landasan pacu dengan panjang sekitar 400 meter. Ya, tidak landasannya tidak sampai 0,5 km. Pendek sekali bukan?
Winair merupakan satu-satunya maskapai yang melakukan penerbangan di bandara itu. Maskapai tersebut mengoperasikan dua penerbangan harian dari Saint Martin dan Saint Eustatius. Waktu tempuh untuk sampai tujuan hanya 15 menit.
Bandara tersebut juga disebut-sebut sebagai salah satu bandara paling berbahaya di dunia. Untuk itu, dibutuhkan pilot-pilot terlatih untuk terbang ke Pulau Saba.
Pilot veteran, kapten Roger Hodge, adalah instruktur armada Twin Otter Winair. Dialah yang melatih para pilot Winair yang saat ini wira-wiri menerbangkan pesawat dari dan ke Pulau Saba.
"Begitu seorang pria telah terlatih sepenuhnya dan membuat kami, kami melakukan menyampaikan lewat radio bahwa Top Gun lain lahir. Itulah cara kami menyebut mereka," ujar Hodge seperti dikutip CNN.
Ya, saking andalnya para pilot yang bertugas, Hodge menyetarakan pilot-pilot di Pulau Saba itu setara dengan pilot di film Top Gun.
Bandara Juancho E. Yrausquin itu memang memiliki tantangan tersendiri bagi para pilot. Kondisi batasan berat, kecepatan angin, serta pendeknya landasan pacu dan tingkat kemiringan mengharuskan pilot wajib memiliki perhitungan yang tepat. Saking berbahayanya, penerbangan ditiadakan jika landasan basah karena hujan.
"Di landasan pacu sesingkat ini, tidak ada ruang untuk kesalahan. Sebagai pilot, saya saya gemar terbang ke Pulau Saba karena saat itulah Anda menerapkan pengalaman kalian," kata Hodge.
"Adrenalin kalian akan terpacu karena kalian diawasi oleh penumpang dan orang-orang di bawah sana. Dan, di saat bersamaan kalian harus menerbangkan mesin itu," kata Hodge.
Perjalanan menuju Pulau Saba dari bandara terdekat bikin hati traveler tertawan. Dari dalam pesawat, turis bisa melihat pegunungan hijau Sint Maarten, pantai keemasan, dan perairan biru kehijauan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol