KK Isi 1 Nama Meningkat, Korea Bakal Tunjuk Menteri Kesepian?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

KK Isi 1 Nama Meningkat, Korea Bakal Tunjuk Menteri Kesepian?

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 02 Sep 2022 06:12 WIB
Ilustrasi warga Seoul
Ilustrasi warga Seoul (Getty Images/oliver de la haye)
Jakarta -

Statistik menunjukkan semakin banyak warga Korea Selatan kesepian. Kini, muncul spekulasi bakal ada menteri kesepian di negeri ginseng.

Kulkas kosong, bak cuci piring penuh bungkus mie instan, dan lembar tagihan yang belum dibayar memenuhi rumah seorang pria berusia 50-an di Gangseo-gu, Seoul, yang ditemukan tewas pada 28 Juni.

Kepergiannya menambah panjang daftar kematian akibat kesepian di Korsel. Kini, hampir sepertiga dari Kartu Keluarga di Korsel hanya berisi satu nama. Mereka tinggal sendirian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KK Isi Satu Nama Melonjak

Mengutip laporan Korea Herald, jumlah rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang melonjak dari 5,39 juta pada 2016 menjadi 6,64 juta pada 2021. Selain semakin banyak orang yang hidup sendiri, social distancing selama pandemi COVID-19 diakui atau tidak ikut menambah perasaan terisolasi bagi warga Korea.

ADVERTISEMENT

Sebuah survei bersama yang dilakukan oleh Gallup Korea dan surat kabar lokal Seoul Shinmun pada 1.008 orang dewasa di seluruh Korsel pada Desember lalu menunjukkan bahwa 45,9 persen responden mengatakan mereka merasa "lebih sendirian" dibandingkan dengan era pra-pandemi.

Laporan lain yang dilakukan Statistics Research Institute pada 2021 menunjukkan bahwa perasaan kesepian di antara pria meningkat dari 19,6 persen pada 2019 menjadi 21,2 persen setahun kemudian. Sementara pada wanita naik dari 21,5 persen menjadi 23,4 persen.

Kesepian yang membunuh

Sejumlah penelitian selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa kesepian dapat merusak kesehatan fisik. Awal bulan ini, American Heart Association merilis pernyataan ilmiah bahwa isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko, mengalami, atau meninggal akibat serangan jantung atau stroke.

"Ada bukti kuat yang menghubungkan isolasi sosial dan kesepian dengan peningkatan risiko kesehatan jantung dan otak yang lebih buruk secara umum," kata Crystal Cene, ketua tim penulis peneliti.

Laporan tersebut menemukan 29 persen peningkatan risiko serangan jantung atau kematian akibat penyakit jantung, dan 32 persen peningkatan risiko stroke.

Para peneliti mencatat bahwa data tentang hubungan antara faktor-faktor tersebut dan kondisi fisik lainnya seperti gagal jantung, demensia dan gangguan kognitif jarang dan kurang kuat.

Sebuah makalah tahun 2020 oleh para sarjana kesehatan masyarakat dari Leeds, Inggris, juga menekankan korelasi antara isolasi sosial, kesepian, dan kesehatan fisik.

"Isolasi sosial itu sendiri meningkatkan risiko semua penyebab kematian sebesar 29%, sementara kesepian meningkatkannya sebesar 26%, dan hidup sendiri sebesar 32%. Bagi mereka yang berusia di bawah 65 tahun, risiko kesehatan yang terkait dengan salah satu dari ketiganya bahkan lebih besar," tulis makalah tersebut.

Studi lain tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Trends in Cognitive Sciences menunjukkan bagaimana isolasi sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan otak dan sistem kekebalan tubuh.

"Isolasi sosial, atau kurangnya kesempatan sosial, menimbulkan rasa kesepian. Secara langsung atau tidak langsung, perasaan ini memiliki banyak konsekuensi luas untuk kesejahteraan psikologis kita serta kesehatan fisik kita, bahkan umur panjang kita, "tulis para peneliti.

"Singkatnya, kesepian membunuh orang."

Sudah Saatnya Negara Turun Tangan?

Karena alasan itu, muncul wacana Korsel membutuhkan "menteri urusan kesepian." Ini sebenarnya bukan hal baru. Jepang dan Inggris sudah lebih dulu mempunyai menteri yang khusus mengurusi masalah kesepian.

Meski demikian, tampaknya sebagian besar rakyat Korea merasa bahwa penunjukan menteri urusan kesepian belum dibutuhkan.

Hankook Research pernah melakukan jajak pendapat tentang apakah Korea Selatan harus memiliki menteri kesepian. Hasilnya, 46 persen tidak setuju sementara 40 persen setuju.

Terlepas dari hasil jajak pendapat itu, ada indikasi bahwa pemerintah Korea mau lebih terlibat dalam mengatasi masalah kesepian.

Pada 23 Agustus, Perwakilan Kim Gi-hyeon dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa, dan Noh Woong-rae dari oposisi utama Partai Demokrat Korea, menjadi tuan rumah forum perdana untuk menyelesaikan masalah kesepian di Majelis Nasional.

Shin In-chol, asisten profesor sosiologi perkotaan di Universitas Seoul, saat berbicara di forum tersebut, memandang bahwa secara umum masyarakat Korea masih menganggap remeh masalah kesepian.

"Semua orang merasakan kesepian. Emosi yang mereka rasakan melalui konfrontasi dengan atasan atau rekan kerja bisa menjadi bentuk kesepian sosial. Namun mereka yang mengeluh tentang masalah seperti itu cenderung dianggap memiliki masalah dengan keterampilan sosial atau kepribadian mereka," kata dia.

Wakil Menteri Kebudayaan Jeon Byeong-geuk menekankan perlunya peran pemerintah dalam menjalankan berbagai program budaya dan seni di tingkat masyarakat untuk mengatasi isolasi sosial.



Simak Video "Video: Korsel Sebut Korut Tembakkan Rudal Jarak Pendek di Lepas Pantai Timur"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads