Setelah dikeluhkan oleh pembuat paspor, Imigrasi juga dijewer oleh Presiden Jokowi karena layanan yang lamban. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyarankan agar Imigrasi segera berbenah.
Jokowi memberikan teguran keras kepada Imigrasi. Orang nomor 1 di Indonesia itu meminta agar Imigrasi tidak lagi menyulitkan. Kalau tidak bisa berubah, Imigrasi harus dirombak total.
Dalam tegurannya itu, Jokowi menyoroti sulitnya turis asing mendapatkan Visa on Arrival atau VoA dan tenaga kerja asing yang sulit untuk mendapatkan KITAS alias kartu ijin menetap sementara.
Itu menjadi babak lanjutan setelah Imigrasi dikomplain oleh para pembuat paspor. Antrean panjang untuk membuat paspor hampir di semua Imigrasi dan formulir permohonan pembuatan e-paspor habis, hanya tersisa di sejumlah Imigrasi di Papua, menjadi alasannya.
Sandiaga menilai situasi itu juga tidak mendukung kampanye Kemenparekraf yang tengah menggaungkan digital nomad dan menggaet wisatawan pensiunan dengan banyak uang.
"Bagaimana kita bisa menyikapi dua potensi yang ada di depan mata, pertama adalah digital nomad," kata Sandiaga dalam konferensi pers mingguan, Senin (12/9/2022).
"Banyak orang menghabiskan waktu di musim dingin itu untuk bekerja dari destinasi yang lebih aman nyaman seperti Bali. Dan, Bali termasuk destinasi favorit untuk digital nomad," Sandiaga menambahkan.
"Nah, ini perlu adanya pembaruan dari segi mindset kita untuk menyediakan fasilitas, baik itu VoA. Tapi, yang juga kita dorong adalah penggunaan visa B211 ini adalah visa yang memberikan kemudahan untuk kunjungan sosial budaya," Sandiaga menjelaskan.
"Dan, seandainya mereka akan memiliki minat untuk tinggal lebih lama lagi ada second visa atau bisa difasilitasi melalui pendaftaran KITAS, tentunya untuk tinggal sementara dalam mereka berkarya," ujar Sandiaga.
"Kemudian, yang kedua adalah silver ekonomis, yaitu jenis suatu demografi yang usianya di atas 60 tahun. Mereka masih sehat, memiliki uang dan melakukan kunjungan jangka panjang untuk meningkatkan kualitas dan berkegiatan di masa-masa pensiunnya di destinasi-destinasi yang lebih mungkin aman nyaman dan menyenangkan," ujar Sandiaga.
Sandiaga menyebut Bali dan Yogyakarta dan sejumlah destinasi di Indonesia bisa menjadi pilihan traveler kategori ini.
"Nah, saya ditugaskan juga untuk mulai mendorong berarti butuh infrastruktur mengenai kesehatan, pendidikan yang baik dan ini sebuah ekosistem yang harus kita hadirkan di Bali," kata Sandiaga.
Sandiaga mengungkapkan bahwa sudah saatnya harus menjemput bola dan memiliki kejelian memperhitungkan negara yang mempunyai potensi untuk berinvestasi dan membawa dampak positif untuk perekonomian.
"Presiden menginginkan gerak yang lebih cepat dan menjemput bola. Kita bukan hanya menunggu tapi kita harus datangi tempat-tempat di mana ada potensi tersebut seperti di Australia, Singapura, Malaysia dan Inggris," ujar Sandiaga.
Sandiaga juga meminta agar kesulitan-kesulitan yang dibuat untuk menerbitkan VoA dan KITAS tidak terulang lagi. Sebab, seharusnya saat ini Indonesia tidak hanya bisa menarik perhatian investor, tetapi pensiunan kaya raya untuk tinggal di Indonesia dan memberikan kontribusi nyata buat pariwisata.
"Kami sedang menyusun langkah-langkah di akhir bulan ini dan bulan depan untuk langsung kerja menyikapi arahan dari presiden," dia menambahkan.
Simak Video "Video: Momen Liburan Sandiaga di AS Setelah Tak Lagi Jadi Menparekraf"
(sym/fem)