Isu mengenai reog Ponorogo yang diklaim sebagai budaya Malaysia sudah berulang kali terjadi. Menurut peneliti reog, klaim tersebut tidak benar.
Isu reog diklaim Malaysia beredar sejak 2007 dan beberapa kali kembali muncul. Yang terbaru pada April lalu, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Efendi menyebut bahwa Malaysia akan mendaftarkan kesenian Reog Ponorogo sebagai Barongan.
"Untuk reog, negara Malaysia rencananya mau ajukan juga, maka dari itu kita harus lebih dulu. Karena ini kan sudah menjadi budaya dan warisan kita," kata Muhadjir kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Wakil Dubes Malaysia di Jakarta, Adian Mohd Shaffieg menjelaskan bahwa Malaysia belum mendaftarkan Reog Ponorogo ke UNESCO. Sementara itu, beredarnya isu ini sudah kadung membuat warganet geram.
Soal sering terjadinya adu klaim reog sebagai milik Indonesia atau Malaysia, peneliti Reog Ponorogo, Rido Kurnianto menganggap hal ini sebagai miskomunikasi.
"Keluarga Ponorogo sedang pentas lalu tulisannya barongan, ada Malaysia. Itu Reog Ponorogo. Lalu oleh pers ditulis Barongan Malaysia. Dikasih legenda reog Nabi Sulaiman. Seolah-olah itu milik Malaysia," katanya.
Karena beredar kabar seperti ini, pada saat itu masyarakat Ponorogo sempat marah. Ketika itu bahkan sampai ada ungkapan-ungkapan seperti 'Ganyang Malaysia'.
"Saya (waktu itu langsung) pelajari dulu. Saya khawatir ini emosi masyarakat terpancing. Dan ternyata benar miskomunikasi," ujarnya.
Untuk isu klaim yang beredar tahun ini, Rido menyayangkan kemunculannya bersamaan dengan pengajuan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya tak Benda UNESCO.
"Tahun ini ada isu itu. Itu tidak benar," ujar Rido.
"Saya khawatir ini memperkeruh suasana. Masyarakat marah dengan reog padahal reog adalah media harmonisasi," imbuhnya.
Kenapa Reog Sampai ke Malaysia?
Mengenai kesenian Reog Ponorogo bisa sampai ke Malaysia, Rido menjelaskan hal itu tak terlepas dari banyaknya tenaga kerja asal Ponorogo yang merantau ke Malaysia dan negara-negara lain. Ketika datang ke negara lain, orang Ponorogo yang mahir bermain reog juga akan membentuk komunitas di sana.
"TKI-TKI mendirikan grup di Malaysia, Korea, Jepang, Amerika dan ada pawargo (Paguyuban warga Ponorogo) yang kadang-kadang membuat salah paham," katanya.
Rido sekali lagi mengingatkan bahwa Reog Ponorogo adalah media perdamaian. Ia tak ingin perkara reog, terjadi ketegangan antara dua negara. "Reog media harmonisasi. Kalau ada kata-kata kasar yang keluar, itu kontraproduktif. Dalam reog ada gotong royong, kebersamaan, dan toleransi," pungkasnya.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!