Penerbangan Indonesia Mau Pulih, Eh... Ada Perang Rusia-Ukraina

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 07 Des 2022 20:31 WIB
Ilustrasi dunia penerbangan (Foto: AP/Rebecca Blackwell)
Jakarta -

Industri penerbangan Indonesia diperkirakan akan bangkit bertahap secara baik, dimulai dari rute domestik lalu internasional. Sayangnya, pemulihan ini terganjal situasi geopolitik.

Indonesia National Air Carriers Association (INACA) dan Universitas Padjajaran merilis dokumen white paper bertajuk Projected Recovery of The Aviation Industry Towards The New Normal. Dokumen yang dirilis pada 2021 itu berisi gambaran situasi industri penerbangan dan usulan kebijakan yang dapat diambil untuk mendorong pemulihannya.

Director Center of Research Regional Resources Innovation (C3RI) Universitas Padjajaran Prita Amalia menjelaskan, kondisi industri penerbangan kian membaik setelah muncul kebijakan vaksinasi. Vaksinasi bahkan disebut sebagai game changer di mana masyarakat dan pemerintah menjadi lebih percaya diri untuk berkegiatan, termasuk bepergian dengan pesawat.

Prita yang terlibat dalam penyusunan white paper ini juga memaparkan perkiraan industri penerbangan mulai bangkit tahun ini untuk rute domestik. Sedangkan untuk rute internasional mencapai titik optimalnya pada 2026.

"Mulai 2022 tapi optimal di 2024 untuk domestik. Untuk internasional awal 2023 dan optimal 2026," katanya saat ditemui detikcom di Park Hyatt, Jakarta pada Rabu (7/12/2022).

Namun, perkiraan ini tak semulus yang diharapkan. Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto menjelaskan saat ini industri penerbangan menghadapi tantangan mahalnya harga bahan bakar avtur akibat perang Rusia dengan Ukraina.

Lonjakan harga avtur ini sempat melambung hingga 170 persen seiring dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia. Pada Juli 2022, harga minyak sempat mencapai posisi tertinggi yakni USD 147 per barel. Sebagai perbandingan, sebelum konflik Rusia-Ukraina, harga minyak Q1 2022 masih berkisar USD 60 per barel.

"Itu proyeksi kita bikin tahun lalu. Saat itu belum ada Perang Ukraina, harga fuel belum naik. Cateris paribusnya masih kondisi 2021," ujarnya.

Mahalnya harga bahan bakar avtur ini berpengaruh signifikan pada harga tiket pesawat. Pasalnya, belanja avtur memakan porsi hingga 50 persen dari total biaya operasional pesawat.

Menurutnya, situasi saat ini merupakan tantangan global di mana industri penerbangan tak kuasa untuk mengendalikan. Hanya saja, Bayu masih melihat sisi positif dari pasar Indonesia yang pertumbuhannya cenderung baik.

"Beruntung negara kita pertumbuhannya masih bagus. Penerbangan domestik harus kita kuasai dulu. Kalau internasional percuma karena beberapa negara belum buka (perbatasan)," katanya.



Simak Video "Berfoto di Rumah Hobbit yang Lucu dan Unik di Seribu Batu Songgo Langit, Yogyakarta "

(pin/msl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork