Tak seorang pun di Baduy bisa hidup lepas dari pertanian karena perintah adat. Salah satunya Asmun yang fokus bertani kopi. Kini, ia merambah dunia digital.
Selain menjadi daya tarik wisatawan karena adat istiadatnya. Alam di Baduy juga memberikan berkah bagi tumbuhnya kopi Baduy jenis robusta.
Asmun adalah pemuda berusia 29 tahun asal Baduy di Desa Kanekes, Lebak. Seperti pemuda lainnya, ia memanfaatkan wisatawan untuk membeli produk Baduy mulai dari kain, aren, atau durian. Tapi, kopi jadi fokusnya untuk dikembangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kopi yang ia produksi adalah jenis kopi di tanah ulayat. Kopinya dipetik dan diolah secara tradisional. Menumbuknya masih menggunakan lisung atau yang biasa untuk menumbuk padi.
"Asmun mah (produksi) kopi, numbuk sendiri. Jadi misalkeun kolot ayeuna ngala, dipoe, geus garing ka Asmun (jadi misalnya orang tua ngambil, dijemur, sudah kering baru diberikan ke Asmun)," kata Asmun ke detikcom bercerita, Selasa (23/5/2023).
Kopi yang sudah menjadi bubuk ia campur dengan aren. Komposisinya adalah 50 kopi khas Baduy dan 50 persen gula aren buatan sendiri. Setiap bulan, satu kuintal kopi ia produksi lalu dijual baik online maupun ke wisatawan yang datang.
Kopi buatannya ia kemas dengan merek Kopi Baduy. Ia jual online di akun Jejak Baduy di Instagram dan akun Rumah Sinar Baduy di Tokopedia.
Untuk urusan kemasan, Asmun mengaku mendapat pembinaan dari Bank Indonesia Perwakilan Banten. Ia dibantu bagaimana kopi robustanya dikemas agar bisa masuk pasar online. Satu kemasan ia jual seharga Rp 35 ribu.
"Dijual Jakarta mana geh datang, aya nu dipaketkeun (Dijual ke Jakarta atau manapun, ada juga yang dipaketkan)," ujar Asmun yang kadang berbahasa Sunda.
Asmun mengatakan, wisatawan yang datang juga tidak perlu khawatir jika perlu layanan pembayaran digital. Ia memiliki QRIS BRI bersama pelaku usaha lain di Baduy. Termasuk untuk sekedar beli durian di rumahnya.
"Nggak bisa alesan nggak bawa kes. Udah ada itu (QRIS)," paparnya.
Ketua dari kelompok UMKM dan ekonomi kreatif Lebak Ekonomi Kreatif (Leekraf) Andhy Yuliandi mengatakan, Asmun salah satu contoh petani kopi Baduy yang berkembang. Ia pernah mendapatkan penghargaan sebagai petani milenial di festival kopi di Rangkasbitung pada 2022.
"Kang Asmun itu paling survive, dia masih muda, bagus," kata Andhy dihubungi terpisah.
Asmun ke depan katanya bisa jadi jembatan bagaimana cara wisatawan menikmati kopi di Baduy. Baduy harus dikenalkan memiliki kopi yang penuh dengan kearifan lokal.
"Jangan lagi wisatawan yang ke Baduy minum kopi minum kopi sasetan. Ada kopi baduy, pake batok (gelas dari bekas kelapa) minumnya, itu nilai tambah," katanya.
Untuk diketahui, pelaku UMKM di Baduy sendiri ada total 200 hingga 250 orang. Mereka seperti Asmun yang berjualan aneka barang-barang produk Baduy baik itu makanan maupun kerajinan tangan. Dari jumlah itu, ada sebanyak 172 orang sudah biasa menggunakan QRIS BRI.
"Sekarang sudah 172 QRIS terpasang di sana (Baduy)," kata Manajer Bisnis Konsumer BRI Kantor Cabang Lebak Adysta Aprianto kepada detikcom ditemui terpisah.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda