Budaya Carok melekat erat dengan masyarakat Madura. Mereka melakukan Carok untuk menjaga kehormatan istri hingga ada ungkapan Madura: Obatnya Malu Adalah Mati.
Rabu (7/6/2023) jadi hari berdarah di Bangkalan, Madura. Seorang warga di Tanah Merah Laok ditetapkan sebagai tersangka atas tewasnya seseorang. Kasus tersebut disebut-sebut sebagai aksi Carok.
Dalam bahasa Madura, Carok artinya bertarung. Biasanya, Carok dilakukan dengan menggunakan senjata tajam seperti celurit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal Mula Carok di Madura
Bagi warga Madura, menjunjung harga diri itu penting. Oleh karena itu, ketika harga diri diruntuhkan orang lain, maka timbul malo atau rasa malu.
Rasa malu muncul karena yang bersangkutan merasa tada' ajina (tidak ada harganya). Jika masalahnya sudah terbilang rumit, maka berpotensi berujung Carok. Yang membuat Carok berbeda dengan perkelahian biasa adalah serangkaian prosesnya.
Mengutip jurnal berjudul Pergeseran Makna Carok Bagi Masyarakat Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep Madura 1970 - 2010 yang disusun Supriyadi, I Ketut Ardhana, dan Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, sebelum Carok dimulai, akan ada sidang keluarga yang digelar untuk mengatur skenario Carok. Sidang tersebut membahas rencana pembunuhan hingga pasca-Carok.
Secara tatanan sosial, masyarakat Madura melakukan pembenaran terhadap tradisi Carok. Bahkan jika ada orang yang harga dirinya merasa terinjak, namun tidak melakukan pembalasan, mereka akan dicap sebagai penakut.
Carok tak bisa dilepaskan dari ungkapan Madura yang berbunyi Tambana Malo, Mate. Artinya, Obatnya Malu Adalah Mati.
Kasus-kasus yang Berujung Carok
Contoh kasus yang berpotensi menyulut Carok seperti adanya gangguan yang ditujukan kepada istri dan anak perempuan. Jika tidak terima dengan pelecehan itu, maka sang suami akan tersulut untuk mengagendakan Carok melawan si pengganggu.
Sebab, istri dan anak perempuan bagaikan martabat seorang laki-laki atau suami yang benar-benar harus dijaga. Istilah lainnya adalah Bhantalla Pate atau Landasan Kematian.
Di samping itu, ada alasan lain yang membuat seorang suami diwajibkan menjaga istrinya. Itu merupakan buah dari sistem perkawinan di Madura.
Di mana dalam sebuah pernikahan, orang tua perempuan sudah menyiapkan rumah untuk tempat tinggal pasangan baru. Itu menimbulkan posisi yang tidak seimbang, yang membuat suami harus sadar akan tanggung jawabnya menjaga kehormatan sang istri dan anak saat berumah tangga.
Kebiasaan Carok di Madura
Seiring berjalannya waktu, Carok mengalami pergeseran dalam praktiknya. Banyak orang tak bertanggung jawab yang melakukan Carok tanpa alasan yang kuat.
Itu menimbulkan persepsi yang lain di masyarakat luar Madura. Mereka menganggap Carok hanyalah alternatif untuk melampiaskan amarah melalui tindak kekerasan.
Terlepas dari itu, dalam Carok ada kebiasaan untuk menyimpan baju bekas atau senjata berlumur darah yang digunakan saat Carok. Tujuannya agar anak cucu di masa depan dapat terinspirasi sang ayah dalam menjaga kehormatan keluarga. Ada pula yang menguburkan mayat yang kalah dalam Carok di dekat rumah, alih-alih di pemakaman umum.
Tak Semua Masyarakat Madura Setuju Tradisi Carok
Sebuah penelitian berjudul Sikap Masyarakat Madura Terhadap Tradisi Carok: Studi Fenomenologi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Madura yang ditulis Rokhyanto dan Marsuki, mencoba mengumpulkan tanggapan masyarakat Madura mengenai Carok.
Dari 180 responden, 75 persen di antaranya menyatakan tidak bangga dan senang dengan Carok. Sedangkan 18,33 persen mengaku bangga dan senang. Sisanya yakni 6,66 persen merasa ragu-ragu.
Dari angket yang disebar itu, sebagian besar orang tidak setuju bahwa Carok adalah tradisi Madura. Alasannya, mereka memilih menyelesaikan masalah secara bijak, tanpa harus melakukan kekerasan.
Kesimpulannya, penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa tradisi Carok masih terjadi di 4 kabupaten di Pulau Madura, antara lain Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
Namun alih-alih dinilai mewakili seluruh masyarakat Madura, tradisi Carok ini sifatnya lebih lokal dan personal. Artinya, tidak semua masyarakat Madura melakukannya.
-------
Artikel ini telah naik di detikJatim.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!