Sebanyak 472 benda bersejarah asal Indonesia yang dirampas Belanda pada masa kolonial dikembalikan. Tidak melulu karena Belanda tidak mau mengembalikan, tetapi rupanya museum di Indonesia tidak memadai.
Pengembalian atau pemulangan benda-benda ke negara asal atau repatriasi dilakukan Belanda pada tahun ini. Benda-benda yang dikembalikan itu adalah arca Kerajaan Singosari dan harta karun Lombok.
Informasi terkini, benda-benda itu dikirimkan dari Belanda ke Indonesia pada 17 Agustus 2023. Sebelum hal ini dilakukan, Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Prof. Irmawati Marwoto menjelaskan ada proses panjang yang harus dilalui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rupanya, rencana repatriasi itu tertunda sekaligus menunjukkan ketidakmampuan museum Indonesia menerimanya.
"Tidak selalu di dalam repatriasi itu terjadi begitu saja tetapi ada tarik-menarik. Kadang-kadang pihak Belanda yang nggak mengembalikan, kadang-kadang kita yang nggak mau terima sisa-sisa yang diberikan oleh mereka begitu saja," kata Irma yang juga anggota Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda.
Irma bercerita repatriasi kali ini bukan usaha pertama yang dilakukan Pemerintah Indonesia. Jauh sebelum hari ini, berbagai upaya telah diperjuangkan agar benda-benda Indonesia kembali ke tanah air.
"Sebetulnya repatriasi ini bukan yang pertama kali. Itu sudah berlangsung beberapa kali dari tahun 1949. Waktu itu diprakarsai Prof. Yamin kalau tidak salah," kata dia.
"Kemudian tahun 70-an, era Orde Baru itu juga malah sangat serius dan itu adalah atas permintaan kita. Kita meminta kepada Belanda untuk mengembalikan benda-benda itu," dia menambahkan.
Setelah puluhan tahun impian itu tak kunjung terwujud, pada 2021, datanglah kesempatan repatriasi dari Belanda. Irma mengatakan, pada saat itu, Belanda ingin mengembalikan benda-benda bersejarah asal Indonesia.
"Mereka sebagai negara kolonial itu diminta oleh Deklarasi PBB untuk mengembalikan benda-benda dari negara jajahan. Kemudian Prancis sudah mulai, Belgia juga sudah mulai lalu sekarang Belanda juga ingin mengembalikan," kata dia.
Tim repatriasi kemudian mengusulkan sejumlah barang yang ingin dipulangkan. Arca Singosari misalnya, diminta pulang karena memiliki nilai sejarah yang tinggi.
"Arca-arca di Candi Singosari itu punya gaya tersendiri yang menurut para arkeolog sangat penting untuk bisa menjadi knowledge buat kita," kata Irma.
Selain itu ada pula perhiasan Lombok, keris Klungkung, serta lukisan-lukisan. Namun, Indonesia gagal bernegosiasi untuk mengembalikan fosil Pithecanthropus erectus atau manusia Jawa yang ditemukan Dubois.
"Jadi memang mereka (Belanda) belum ingin melepaskan si Pithecanthropus erectus itu. Memang kita masih terus berusaha tarik-menarik," Irma menjelaskan.
Selanjutnya, benda-benda yang berhasil diminta dikembalikan itu bakal ditempatkan di Museum Nasional. Irma mengatakan, berbagai persiapan sudah dilakukan termasuk perawatan dan pengamanannya.
"Keamanannya juga sudah dipersiapkan. Untuk masalah keamanan memang ini satu tantangan juga tapi insya Allah Pak Dirjen (Kemendikbudristek) sudah menyiapkan itu semua ya, bersama timnya bagaimana nanti untuk mengelola itu di museum," katanya.
Belum semua barang bisa kembali ke Indonesia
Artefak berjumlah 472 itu hanya sebagian dari ribuan benda bersejarah yang diprediksi masih berada di Belanda dan negara Eropa lainnya. Tentunya, kita ingin benda bersejarah itu dapat kembali ke tanah air akan tetapi faktanya, fasilitas museum yang dimiliki Indonesia belum siap untuk menampung semua itu.
"Kita sih tahu diri menurut saya, kita juga belum bisa meminta kembali semua. Karena kita juga belum siap. Secara realitas, memang kita juga belum siap kalau semuanya dikembalikan," kata Irma.
Saat ini, Museum Nasional masih menjadi andalan pemerintah dalam menyimpan koleksi benda bersejarah. Namun, Irma mengatakan seandainya semua artefak dikembalikan ke Indonesia, pemerintah harus sudah menyiapkan museum baru yang secara pengelolaan jauh lebih mumpuni.
Irma mencontohkan langkah yang dilakukan Mesir dalam membangun museum baru yang moderen sebelum meminta semua artefak mereka dikembalikan. Menurutnya, langkah yang dilakukan Mesir lebih tepat karena mempersiapkan wadahnya terlebih dahulu sebelum barang-barang penting kembali ke negara tersebut.
"Jadi dia mempersiapkan dengan sungguh-sungguh, baik bangunannya, baik teknologinya, baik manusianya. Semuanya itu mereka persiapkan dengan baik," kata dia.
Irma menambahkan, harapan akan terbangunnya museum baru yang mumpuni di Indonesia sebenarnya bukan angan-angan semu. Dia membocorkan dalam proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga mempersiapkan museum sebagai salah satu fasilitas di ibu kota baru.
"Akan ada dua museum yang akan menjadi hallmark dari wilayah. Jadi sudah ada kesadaran bahwa daerah baru, ibu kota baru harus ada museumnya," ujar dia.
Baca juga: Robohnya (Plafon) Museum Nasional |
Simak Video 'Ini Museum Terbaik di Indonesia Versi Dosen Arkeologi UI':
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol