Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Yodeka Kopaba (21) tewas di gunung Arjuno. Sebelum tewas, Yodeka sempat halu dan meracau, diduga gara-gara Hipotermia.
Yodeka meninggal dunia di pos 2 jalur pendakian Gunung Arjuno via Sumberbrantas, Kota Batu. Mahasiswa Fakultas Pertanian itu diduga terkena hipotermia. Yodeka disebut sempat berhalusinasi dan meracau.
Sebelum meninggal dunia, Yodeka sempat dirawat oleh rombongan pendaki lain yang bertemu saat perjalanan dari puncak Gunung Arjuno. Rombongan pendaki tersebut berjumlah 4 orang yang terdiri dari 3 laki-laki dan 1 perempuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pria dalam rombongan, Rofiq mengatakan, ia sempat bertemu oleh Yodeka dan temannya. Saat itu, Yodeka dan temannya mengaku sakit hingga ditinggal temannya.
Yodeka dalam keadaan sadar dan masih bisa berkomunikasi. Namun, apa yang dibicarakannya sudah tidak terarah. Ia juga mengaku tenggorokannya sakit untuk menelan, sehingga ia tidak mau makan.
"Jadi dia kayak halusinasi gitu, cerita kalau tensi darahnya itu 200 dan dia memang lagi gak enak badan. Terus berbicara kayak meracau gitu pokoknya," ungkap Rofiq saat ditemui, Senin (21/8/2023).
Rofiq bercerita, awalnya dia bersama dengan teman-temannya turun usai dari puncak Gunung Arjuno. Saat melintas di pos 2 pada Sabtu (19/8/2023) sekitar pukul 17.00 WIB, mereka melihat seorang perempuan meminta pertolongan.
"Coba kami datangi dan melihat kondisi perempuan itu pucat lemas dan di dalam tenda, ada masnya (Yodeka) terbaring lemas juga. Setelah ngobrol, ternyata kami baru tahu kalau perempuan itu belum makan sama sekali," ujar Rofiq.
"Kemudian sama teman saya yang perempuan itu coba dimasakin dan kemudian disuapin si perempuan ini dan untung kondisinya setelah itu mulai mendingan. Sedangkan yang masnya itu ngggak mau makan, katanya tenggorokannya sakit gitu kalau dipakai makan," sambungnya.
Khawatir melihat kondisi dua pendaki yang baru pertama kali naik gunung tersebut, Rofiq bersama teman-temannya mencoba untuk bertahan di pos 2 sembari menunggu rekan-rekan dua pendaki tersebut kembali.
"Jadi kami tunggu di pos 2 karena dari keterangan si perempuan itu mereka mendaki bersama 7 orang. Tapi karena kondisi masnya tidak sehat ditinggal di pos 2 bersama satu temannya perempuan itu. Sedangkan 5 anak lainnya lanjut perjalanan muncak," kata dia.
Karena rekan-rekan korban tak kunjung kembali, Rofiq berinisiatif menitipkan pesan kepada setiap pendaki yang melintas pos 2 menuju ke puncak. Ia menyampaikan kepada setiap pendaki soal ciri-ciri korban dan kondisinya. Pesan tersebut juga berisi permintaan agar rekan-rekannya segera turun.
"Saat itu setiap ketemu pendaki naik saya langsung titip pesan ciri-ciri tenda dan kondisi mereka. Terakhir itu sampai jam 10 malam saya titip ke pendaki terakhir. Akhirnya karena temen perempuan saya juga kedinginan kami bangun tenda juga di pos 2," terangnya.
Pada Sabtu (19/8/2023) sekitar pukul 24.00 WIB, 5 rekan korban akhirnya datang ke pos 2. Namun, bukannya memeriksa kondisi korban mereka langsung melanjutkan istirahat hingga keesokan harinya.
"Pada Minggu (20/8/2023) jam 8 pagi saya sama rombongan pamit turun duluan. Saat itu, korban juga sempet duduk dan salaman sama saya dan teman-teman pas pamit. Kami gak nyangka kalau dia bakalan nggak ada setelah itu," tandasnya.
Sebagai informasi, Yodeka bersama 6 temannya memulai perjalanan dari pos pendakian Tahura pada Jumat (18/8/2023) pukul 18.00 WIB. Mereka berhenti di pos 2 sekitar pukul 22.00 WIB.
Korban tidak melanjutkan perjalanan karena kondisi kurang sehat. Korban ditemani satu teman perempuannya. Sedangkan 5 rekan lainnya melanjutkan perjalanan ke puncak pada Sabtu (19/8) sekitar pukul 01.00 WIB.
Akhirnya, korban ditemukan tewas pada Minggu (20/8) pukul 10.00 WIB. Korban diduga mengalami hipotermia.
-----
Artikel ini telah naik di detikJatim.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol