Jalan Jaksa di Kebon Sirih, Jakarta Pusat rupanya memiliki sejarah panjang. Termasuk penggunaan nama Jaksa yang rupanya punya kisah tersendiri.
Berbeda dengan nama jalan di sekitarnya yang terinspirasi dari nama pahlawan, Jalan Jaksa dinamakan demikian karena terinspirasi dari mahasiswa yang dulu tinggal di sana. Hal itu diutarakan Boy Lawalata, pemilik hostel tertua di Jalan Jaksa yakni Wisma Delima.
"Dulu banyak mahasiswa Rechts Hogeschool yang tinggal di sini," kata Boy ketika ditemui detikTravel, Rabu (20/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rechts Hogeschool adalah Sekolah Tinggi Hukum Batavia. Para mahasiswa yang belajar di sana adalah calon jaksa.
![]() |
Pada masa kolonial, para mahasiswa yang ini belajar di Koningsplein yang sekarang masuk wilayah Monas. Mahasiswa yang berasal dari luar Batavia umumnya mencari penginapan murah di sekitar Monas.
Nah, Jalan Jaksa yang masuk wilayah Gondangdia pun dipilih sebagai lokasi tinggal. Sejak saat itu, kawasan ini disebut Jalan Jaksa.
Baca juga: Jalan Jaksa Riwayatmu Kini... |
Beralih dari era Rechts Hogeshcool, tradisi penginapan murah di Jalan Jaksa terus berlanjut. Pada 1969, Wisma Delima milik orang tua Boy Lawalata berdiri. Saat itu, tarif per malamnya hanya USD 1 atau sekitar Rp 250 rupiah per malam.
"Orang tua mulai tahun 1969. Jadi, tahun 1969 sudah buka. Orang lain belum buka karena mungkin melihatnya turis murah, turis kere," kenang Boy.
Hostel ini mulai berjaya setelah digunakan untuk acara International Youth Hostel Federation (IYHF) pada 1972. Kala itu, Wisma Delima menampung para peserta yang berasal dari berbagai negara.
"Orang tua saya memang dimintai oleh panitia, kita tempatnya bisa ditumpangi untuk backpackers," kata dia.
![]() |
Berawal dari acara ini, Jalan Jaksa semakin dikenal secara internasional. Wisma Delima juga sempat masuk dalam majalah Lonely Planet sebagai hostel rekomendasi bila datang ke Jakarta.
Tak ayal, Jalan Jaksa semakin digandrungi turis asing. Menurut Boy, penginapan lain mulai bermunculan.
Puncak keramaian di Jalan Jaksa itu terjadi sekitar tahun 80-90an. 1993, Dinas Pariwisata Jakarta mencatat 57.201 wisatawan asing menetap di hotel dan hostel sepanjang Jalan Jaksa dan sekitarnya. Turis-turis Eropa mendominasi kunjungan ke Jalan Jaksa tersebut.
(pin/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol