Jalan Jaksa Riwayatmu Kini...

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jalan Jaksa Riwayatmu Kini...

Putu Intan - detikTravel
Kamis, 21 Sep 2023 12:10 WIB
Jalan Jaksa
Seorang turis asing di Jalan Jaksa. Foto: Chelsea Olivia/detikcom
Jakarta -

Sempat berjaya di era 80-an, Jalan Jaksa kini seolah kehilangan pesonanya. Senja kala melingkupi jalan yang dulu jadi destinasi favorit turis asing itu.

Jalan Jaksa merupakan salah satu jalan legendaris di Jakarta. Terletak di Kecamatan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, posisi jalan ini terbilang strategis karena berada di jantung ibu kota.

Jalan sepanjang 400 meter ini jaraknya hanya sekitar 1 kilometer dari Monas. Lokasinya di sebelah barat Stasiun Gondangdia, membuat jalan ini juga mudah diakses bagi pelancong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalan Jaksa dapat disebut sebagai jalan legendaris di Jakarta. Jalan ini menawarkan penginapan-penginapan murah untuk turis backpacker.

Bila Bali punya kawasan Legian atau Yogyakarta terkenal akan Sosrowijayan, Jakarta memiliki Jalan Jaksa yang menjadi pusat berkumpulnya bule-bule muda. Selain penginapan, di Jalan Jaksa juga berdiri kafe-kafe yang menawarkan menu khas Barat. Termasuk, menjual minuman keras seperti beer yang disukai turis asing.

ADVERTISEMENT

Selain itu, ada satu hal yang bikin turis betah di Jalan Jaksa. Di sana, dulu ada interaksi turis dengan warga lokal tanpa memandang etnik dan strata sosial. Suasana itu membuat wisatawan seolah berada di rumah sendiri.

Jalan Jaksa kala itu mendobrak anggapan pariwisata berbasis komunitas hanya ada di pedesaan dan tidak akan bisa dibangun di kota. Sebab, masyarakat kota heterogen, majemuk, dan individualistik. Warga lokal (warlok) di Jalan Jaksa membuka pintu, menyajikan keramahan dan kesederhanaan buat orang asing.

Jalan JaksaKafe New Memories di Jalan Jaksa. Foto: Chelsea Olivia/detikcom

Namun, gambaran tadi menjadi cerita lama yang tersimpan menjadi kenangan. Jalan Jaksa yang semarak, sederhana, dan terbuka itu sekarang tak tidak sama lagi.

detikTravel sempat beberapa kali menyusuri Jalan Jaksa. Terkini, tim mampir ke sana pada Rabu (20/9/2023).

Bagi pejalan kaki, Jalan Jaksa sebenarnya merupakan kawasan yang cukup menyenangkan. Jalan Jaksa memiliki trotoar yang lebar dan mulus sehingga sangat memanjakan pejalan kaki.

Tetapi, trotoar yang makin nyaman dan tuntutan untuk hanya boleh dilewati pedestrian memiliki konsekuensi. Trotoar itu tidak lagi bisa dijadikan tempat untuk menggelar dagangan, ciri khas Jalan Jaksa di masa lalu.

Bahkan, bagi pengendara pembaruan di Jalan Jaksa itu menjadi tidak nyaman. Alasannya, diberlakukan sistem satu arah dan tidak ada tempat untuk parkir jika ingin nongkrong di kafe. Alhasil, jangan kaget bila motor dan mobil sampai parkir di trotoar.

Jalan JaksaPenginapan di Jalan Jaksa. Foto: Chelsea Olivia/detikcom

Soal fasilitas, kami mendapati sejumlah bangunan yang kosong di sana. Kami juga melihat proyek hotel besar yang mangkrak. Sekilas, kawasan ini terlihat seperti mati suri.

Turis-turis asing masih tampak 1-2 orang. Mereka umumnya berjalan kaki dari arah Jalan Wahid Hasyim menuju Jalan Jaksa untuk berbelanja keperluan di minimarket yang ada di jalan tersebut.

Beberapa turis juga kedapatan mengisi perut di kafe New Memories yang legendaris. Kafe ini merupakan salah satu tempat makan yang masih bertahan di tengah meredupnya pesona Jalan Jaksa.

Jalan JaksaJalan Jaksa yang sepi. Foto: Chelsea Olivia/detikcom

Lokasi lain yang masih tampak bergeliat, meskipun lemah, adalah Wisma Delima. Hostel pertama di Jakarta itu sekarang sudah bukan lagi menjadi penginapan.

Wisma Delima telah menjelma menjadi kos putri yang pada bagian halamannya dibuat menjadi warkop dan kafe bernama Nostalgic. Jika dulu Wisma Delima dipenuhi bule, sekarang pengunjungnya justru kaum pekerja di wilayah Kebon Sirih. Mereka datang ke sana untuk makan siang, rapat, atau sekadar nongkrong.

Jalan Jaksa semakin kehilangan ciri khas yang dikenal dunia. Seperti keberadaan Wisma Delima yang dijepit gedung-gedung tinggi, Jalan Jaksa, bahkan Jakarta, kehilangan area yang terbuka, ramah, dan menawarkan kesederhanaan warganya.

Malam hari di Jalan Jaksa, suasana juga tak ada bedanya. Jalan Jaksa bukan lagi seperti Legian atau Kuta Bali yang tak kenal tidur. Kafe dan restoran di Jalan Jaksa tutup pukul 22.00 WIB. Turis asing agaknya punya destinasi lain untuk menghibur diri.




(pin/fem)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Jalan Jaksa Beda Dulu dan Sekarang
Jalan Jaksa Beda Dulu dan Sekarang
13 Konten
Jalan Jaksa di Jakarta Pusat dulu merupakan pusat turis backpaker di Jakarta. Boleh dibilang mirip Legian di Bali. Tetapi kini, wajah Jalan Jaksa sudah berbeda. Jalan itu lebih teratur dengan trotoar yang tinggi, tetapi justru kehilangan ciri khasnya
Artikel Selanjutnya
Hide Ads