Ayunan Jantra, Ayunan Kayu Raksasa di Desa Tenganan, Muat 8 Orang

Ni Made Nami Krisnayanti - detikTravel
Rabu, 18 Okt 2023 10:01 WIB
Ayunan Jantra di Desa Tenganan Pegringsingan (Foto: Getty Images/Agung Parameswara)
Karangasem - Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali menawarkan wisata budaya yang memukau. Salah satunya adalah atraksi wisata ayunan jantra.

Ayunan jantra adalah salah satu bukti bahwa Desa Tenganan masih menjaga dengan baik tradisi dan budaya yang diwariskan dari leluhur. Tak hanya unik, ayunan jantra juga memiliki filosofi yang sangat mendalam.

Tamping Takon Tebenan Desa Tenganan I Putu Suarjana menyebut ayunan jantra memiliki filosofi sebagai gambaran perputaran bumi, kadang berada di atas, kadang berada di bawah.

"Kami di sini punya ayunan, namanya ayunan jantra yang sudah ada sebelum pariwisata ada. Ini tidak lepas dari media pembelajaran kami bahwa ayunan jantra adalah lambang dari perputaran bumi," kata I Putu Suarjana.

Desa Tenganan memiliki lima buah ayunan yang dipasang selama 18 hari ketika rangkaian Ngusaba Sambah. Ayunan ini memiliki empat hingga delapan ayunan yang diapit oleh tiang dengan tempat duduk pada bagian atas, bawah, depan dan belakang.

Bali Aga" Tenganan Pegringsingan village is different from the other villages in Bali, especially in their belief in the God of Indra and Balinese culture are intertwined in the community's daily life. The village also has its own territory and preserves its traditions in ways contrasting those found in other villages in Bali. Tengananese people on the island of Bali celebrate a month long ceremony called 'Usabha Sambah' to demonstrate respect to the God Indra, the Hindu god of war. One of the rituals during the ceremony is a Pandanus War or 'Mekare Kare', where two Tengananese men duel each other to shed the blood for the offerings. The tradition originated from a belief that they have to make blood sacrifices to Indra. When the men and boys shed their blood during the battle, this is the ultimate sacrifice and devotion to Indra, and also shows dedication to their community. (Photo by Agung Parameswara/Getty Images)" title="Serunya Tradisi Ayunan Jantra di Desa Tenganan Bali" class="p_img_zoomin" />Remaja putri yang akan memainkan ayunan jantra di Desa Pegringsingan, Kaangasem. (Agung Parameswara/Getty Images)


Ayunan jantra hanya boleh dinaiki oleh remaja putri dan akan diayunkan secara manual oleh remaja putra.

"Yang tugas mengayun itu adalah remaja putra dan yang diayun adalah remaja putri. Kenapa putri, karena ialah simbol keindahan dan kecantikan. Dan remaja putra yang bertugas mengayun menandakan bahwa nantinya tanggung jawab akan ada di pundak remaja putra. Tidak boleh orang tua yang mengayun," kata I Putu Suarjana.

Saat memainkan ayunan, remaja putra dan putri akan menggunakan pakaian tradisional khas Desa Tenganan, berupa kain gringsing. Dalam satu ayunan akan diayun oleh empat remaja putra, dua di bawah dan dua di tengah.

Karena hanya dimainkan pada saat tertentu, ayunan jantra bisa dibongkar untuk kemudian dipasang kembali sesuai waktunya untuk digunakan kembali. Ayunan ini terbuat dari kayu cempaka.

Karena ukurannya yang sangat besar, tak jarang permainan ayunan jantra akan menyita perhatian dari wisatawan yang berkunjung. Jika traveler ingin melihat ayunan raksasa ini, traveler bisa berkunjung ke Desa Tenganan pada Bulan Juni ketika dilaksanakan upacara Ngusaba Sambah.



Simak Video "Video: Menjajal Wahana Legendaris Ayunan Jantra di Bali"


(fem/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork