Menyandang gelar desa terbersih pada 2016 dan masuk jajaran desa wisata terbaik di dunia 2023, Desa Penglipuran ternyata berpatokan kepadafilosofi Tri Hita Karana. Apa itu?
Kembali membuat bangga, Desa Penglipuran masuk jajaran desa wisata terbaik di dunia 2023. Penghargaan ini diberikan pada Kamis (19/10/2023) di Samarkand, Uzbekistan oleh The World Tourism Organization (UNWTO) kepada 54 desa wisata di seluruh dunia.
Sebelum berhasil meraih predikat sip tingkat dunia ini, Desa Penglipuran dievaluasi berdasarkan sembilan bidang utama, salah satunya keberlanjutan lingkungan. Pernah menyandang gelar desa terbersih pada 2016 membuat keberlanjutan lingkungan di Desa Penglipuran sudah terjaga dengan baik.
Wayan Sumiarsa, ketua pengelola Desa Penglipuran, selalu melibatkan peran warga lokal dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
"Keberlanjutan lingkungan ini tidak lepas lagi dari keterlibatan warga. Kita berusaha meningkatkan peran serta warga dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kita akan mulai dari komunitas-komunitas kecil, misalnya kayak pedagang. Harapan kami komunitas kecil ini yang akan membantu menyebarkan ke komunitas yang lebih besar agar menggunakan paperbag," kata Wayan Sumiarsa.
Desa Penglipuran yang pernah menjadi desa terbersih memiliki satu program bernama We Care Penglipuran. We Care Penglipuran adalah program yang melibatkan wisatawan untuk ikut peduli terhadap kebersihan Desa Penglipuran.
Tak hanya We Care Penglipuran, pihak pengelola juga memiliki festival tahunan bernama Penglipuran Village Festival yang tahun ini akan mengusung tema Green Investment.
"Terkait lingkungan, di festival nanti akan ada program penanaman bambu di Hutan Bambu. Mungkin nanti undangannya akan kita ajak menanam bambu. Memang implementasi dari Green Investment, jadi harus ada investasi hijau. Salah satu contohnya dengan penanaman bambu," ujar Wayan Sumiarsa.
Wayan Sumiarsa mengaku konsep Tri Hita Karana menjadi kunci penting dalam menjaga lingkungan di Desa Penglipuran. Bagaimana menjalin hubungan keharmonisan antara manusia dengan alam (palemahan). Filosofi Tri Hita Karana menjadi dasar dalam pelaksanaan keberlanjutan lingkungan di Desa Penglipuran.
"Menjaga lingkungan merupakan implementasi dari konsep Tri Hita Karana. Filosofi ini kan harus dimaknai lebih dalam, bahwa harus ada tindakan nyata terhadap lingkungan. Kalau kita sudah menjaga lingkungan dengan baik, kita punya keyakinan bahwa alam akan memberikan hal yang baik juga kepada kita," kata Wayan Sumiarsa.
Tak selalu berjalan mulus, tantangan juga pernah dirasakan oleh Wayan Sumiarsa dan tim pengelola dalam menjaga keberlanjutan lingkungan di Desa Penglipuran. Kelakuan yang serba instan dan kebiasaan yang sulit berubah menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola desa.
"Sekarang manusia kan inginnya instan, cepat, hemat. Inilah tantangan kita. Contohnya kita ingin mengurangi penggunaan plastik, tapi karena ini suatu kebiasaan dari dulu. Untuk merubah kebiasaan ini yang membutuhkan suatu strategi atau cara tersendiri," ujar Wayan Sumiarsa.
Menyikapi hal tersebut, pihak pengelola selalu menekankan value pariwisata kepada warga Desa Penglipuran.
"Nilai dari pariwisata ini yang lebih banyak kita tekankan kepada warga. Jadi kita lebih banyak memberikan pemahaman kepada warga, bahwa dengan menjaga lingkungan dengan baik, maka wisatawan akan semakin banyak mau berkunjung. Ketika semakin banyak wisatawan maka akan berdampak pada ekonomi," ujar Wayan Sumiarsa.
Dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, pengelola Desa Penglipuran juga selalu berkolaborasi dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo).
"Pelindo itu juga peduli dengan keberadaan lingkungan kita di sini, jadi ke depannya kita fokus selalu berkolaborasi dengan Pelindo," kata Wayan Sumiarsa.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan