Patroli polisi China untuk mengawasi turisnya di Italia telah dihentikan. Terbaru, Thailand mengikuti langkah serupa karena beberapa kekhawatiran.
Pariwisata Thailand sedang tidak baik-baik saja. Turis China enggan ke sana karena berbagai isu miring menerpa. Salah satunya, keamanan.
Dikutip dari euronews, Italia yang sudah lebih dulu menerapkan langkah itu malah akan menyelidiki kantor polisi tidak resmi China di negaranya. Kelompok hak-hak sipil mengklaim kantor bernama pusat kebudayaan itu digunakan untuk operasi ekspatriat agar kembali ke kampung halaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Papan nama di luar pintu gedung di Kota Prato, Tuscan, bertuliskan Pusat Kebudayaan. Namun, sebuah investigasi baru-baru ini yang dilakukan oleh kelompok hak-hak sipil Safeguard Defenders mengklaim bahwa bangunan tersebut adalah salah satu dari lebih dari 100 kantor polisi tidak resmi China di seluruh dunia.
Pusat tersebut telah ditutup sejak tuduhan ini muncul. Menurut laporan terbaru Safeguard Defenders, pusat-pusat seperti itu telah digunakan untuk memaksa para pembangkang China untuk kembali ke rumah setidaknya dalam 83 kasus.
China membantah tuduhan tersebut. Di Prato, yang merupakan rumah bagi pecinan terbesar di Italia, sebagian besar penduduk setempat mengatakan bahwa mereka tidak tahu menahu tentang hal itu.
Safeguard Defenders menuduh banyak kegiatan ilegal lainnya. Mereka menggambarkannya sebagai kampanye polisi dan penindasan transnasional besar-besaran yang dilakukan oleh China.
Menurut laporan mereka, Italia adalah kasus yang cukup unik. Italia bukan hanya salah satu dari sedikit negara yang belum melakukan investigasi besar-besaran.
Italia juga merupakan negara dengan jumlah kantor polisi China terbanyak di daratan Eropa.
Namun Erica Mazzetti, anggota parlemen Forza Italia dari Prato yang sangat prihatin dengan kasus ini, mengatakan bahwa pertemuan baru-baru ini dengan Menteri Dalam Negeri Italia sangat menggembirakan
"Untuk pertama kalinya sesuatu yang sangat jelas muncul dari pertemuan tersebut. Menteri mengatakan bahwa sebuah investigasi telah diluncurkan untuk menyelidiki masalah ini," katanya dalam berita Desember 2022 lalu.
"Kami sangat senang mengetahui hal itu. Ini adalah langkah penting bagi Kota Prato dan kota-kota lain, di mana kantor-kantor polisi yang diduga berada," katanya.
Investigasi ini didasarkan pada informasi sumber terbuka yang dikumpulkan dari pernyataan dan data publik China.
Safeguard Defenders mengklaim bahwa perjanjian patroli polisi bersama yang ditandatangani oleh Italia dan China pada tahun 2015 mungkin telah mendorong kegiatan ini.
"Perjanjian patroli dari tahun 2015 dan perjanjian anti-terorisme yang diperkuat pada tahun 2017 jelas merupakan perjanjian yang pertama," kata Laura Harth, direktur Kampanye di Safeguard Defenders.
"Saya pikir adalah sebuah kesalahan untuk menandatanganinya, mengingat pihak lawannya Kementerian Keamanan Publik di China, yang dituduh secara kredibel melakukan banyak kejahatan terhadap kemanusiaan," ujar dia.
Lia Quartapelle, juru bicara Urusan Luar Negeri Partai Demokrat, adalah salah satu dari beberapa politisi lain yang percaya bahwa hal ini merupakan masalah nasional yang perlu dikhawatirkan. Ia mengajukan pertanyaan kepada parlemen mengenai masalah ini.
"Kami ingin pemerintah ini mempertahankan hubungan yang serius dengan China," katanya.
"Berbeda dengan apa yang terjadi pada masa pemerintahan pertama yang dipimpin oleh Giuseppe Conte, yang terlalu banyak berkompromi dengan China," kata dia.
Safeguard Defenders baru-baru ini mengambil bagian dalam audiensi publik tentang masalah ini di hadapan komite khusus Parlemen Uni Eropa.
"Masuk akal jika negara-negara Eropa memberikan tanggapan bersama untuk melawan semua praktik ini bersama-sama," kata Harth.
Apakah bukti-bukti kegiatan ilegal yang dilakukan di pusat-pusat penampungan ini akan muncul atau tidak, tampaknya ada banyak orang di Italia yang masih mencari jawabannya.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
TNGR Blokir Pemandu Juliana Marins, Asosiasi Tur Bertindak