Pariwisata Lebanon Anjlok Imbas Konflik, Banyak yang Batal Datang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pariwisata Lebanon Anjlok Imbas Konflik, Banyak yang Batal Datang

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Rabu, 07 Agu 2024 10:05 WIB
People walk with their luggage as they arrive at the Beirut–Rafic Hariri International Airport, in Beirut, Lebanon July 30, 2024. REUTERS/Mohamed Azakir
Penerbangan ke Lebanon dihentikan, pariwisata terimbas. (Mohamed Azakir/Reuters)
Jakarta -

Konflik di Timur Tengah bergejolak usai terbunuhnya Komandan Tinggi Hizbullah, Fuad Shukr di Beirut, Lebanon dan Kepala Politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, Iran. Pariwisata terimbas.

Kedua kelompok itu bersumpah untuk melakukan pembalasan kepada Israel sebagai dalang di balik kematian tersebut. Melansir The Medialine, Rabu (7/8/2024) sejumlah negara meminta warganya untuk segera meninggalkan Lebanon. Di antaranya, Amerika Serikat, Perancis, Italia, dan Turki. Bahkan, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beirut memerintahkan untuk segera membeli tiket pulang secepatnya.

Beberapa negara juga mempersiapkan rencana darurat jika memilih untuk tetap tinggal dan mengatur diri untuk tinggal di tempat yang lebih aman untuk jangka waktu panjang. Salah satunya Kantor Luar Negeri Inggris yang meminta warga untuk segera memesan tiket selagi masih bisa dan tersedia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situasi panas itu berdampak kepada perekonomian Lebanon yang bergantung pada sektor pariwisata. Perekonomian Lebanon terus mendapatkan tantangan, krisis mulai terjadi saat Covid-19 melanda.

Ditambah dengan ledakan di Pelabuhan Beirut pada Agustus 2020. Mata uang pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 95% dari nilai sebelumnya dan pengangguran juga melonjak hingga hampir 14% dengan lebih dari separuh populasi berada bawah garis kemiskinan.

ADVERTISEMENT

Sektor perbankan juga telah berhenti memberikan pinjaman dan menarik simpanan. Sebetulnya sektor pariwisata mulai merangkak, namun berubah ketika kelompok hizbullah yang didukung Iran mulai menyerang Israel dari perbatasan selatan untuk mendukung Hamas di jalur Gaza.

Elie Louka dari Explore Lebanon Tours mengatakan periode ini merupakan periode terberat untuk sektor pariwisata. Banyak yang membatalkan perjalanan liburan ke Lebanon karena konflik yang terjadi.

"Kami telah memiliki beberapa reservasi Oktober 2023 hingga Agustus 2024, 90 persen semuanya dibatalkan. Saya sudah berkecimpung di bidang ini selama enam tahun tapi saya belum pernah mengalami hal seburuk ini. Kami bahkan mencari plan b, mengingat situasi saat yang terjadi ini," kata Elie.

Adapun penyedia jasa perjalanan lainnya dari Lebanon Trip and Tours, Khaled Bashahsi, menyebut target pasar mereka adalah warga Eropa tapi melihat situasi sekarang ini sebagian negara Eropa telah memerintahkan warganya untuk kembali karena konflik yang terjadi.

"Target utama kami selama ini adalah wisatawan Eropa dan Amerika, namun karena situasi ini mereka diminta untuk segera meninggalkan negara ini dan tidak mengambil risiko. Sejak Mei saya hanya menerima beberapa reservasi dari ekspatriat Lebanon yang meminta tur (bulan madu) musim panas ini, jadi kami hanya bekerja sekali atau dua kali dalam seminggu dan kami benar-benar kesulitan," ujar Khaled.

"Orang Lebanon terbiasa dengan perang dan berusaha hidup dengan normal seperti saya saat ini, tetapi kami semua sudah lelah dengan situasi ini. Kami mengalami kekurangan listrik setiap hari, kami takut ada serangan, dan kami tidak punya tempat berlindung yang layak juga aman. Kami mungkin akan menggunakan basement atau gudang, tapi tempat-tempat itu bahkan tidak memiliki ventilasi yang baik," kata Khaled.

Kemudian penyedia jasa tur wisata dengan bus, City Sightseeing, Viviane Nasr, menjelaskan usahanya mendapat kesulitan keuangan dan perempuan berdarah Lebanon-Amerika Serikat ini mempertimbangkan untuk beralih ke Qatar.

"Tidak ada yang tersisa di sini, tapi kami masih butuh waktu untuk mengatur segalanya agar bisa pindah ke tempat lain, mungkin Qatar. Sebagai warga negara Amerika Serikat, saya menerima pesan setiap hari dari kedutaan tapi saya belum siap untuk meninggalkan negara ini. Saya punya urusan di sini, keluarga, dan teman-teman, saya tidak akan pergi sekarang dan banyak orang lain yang juga tidak akan pergi sekarang," ujar Viviane.




(fem/fem)

Hide Ads