Dilema Desa Bukchon Hanok Terapkan Jam Malam buat Turis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dilema Desa Bukchon Hanok Terapkan Jam Malam buat Turis

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Rabu, 06 Nov 2024 12:39 WIB
A large crowd of tourists walks through Bukchon Hanok Village in Seoul, South Korea, October 25, 2024. REUTERS/Kim Soo-hyeon     TPX IMAGES OF THE DAY
Potret wisatawan memadati Desa Bukchon Hanok di Korea Selatan. (Soo-hyeon Kim/Reuters)
Jakarta -

Korea Selatan kewalahan menghadapi turis yang terlalu banyak sampai mengusulkan ada jam malam di Desa Bukchon Hanok. Usulan itu berbuntut polemik.

Denda itu senilai 54 pound sterling atau sekitar Rp 1 juta. Bukchon Hanok merupakan sebuah desa bersejarah yang terkenal dengan rumah tradisional Hanok yang menggambarkan arsitektur Korea pada masa Dinasti Joseon.

A large crowd of tourists walks through Bukchon Hanok Village in Seoul, South Korea, October 25, 2024. REUTERS/Kim Soo-hyeon     TPX IMAGES OF THE DAYDesa wisata Bukchon Hanok Village di Seoul, Korsel. (Soo-hyeon Kim/Reuters)

Mengutip Express, Selasa (5/11/2024) warga desa Bukchon Hanok, Seoul mengeluhkan berbagai masalah karena jumlah wisatawan yang terlalu banyak, seperti kebisingan, pelanggaran privasi, dan sampah yang ditinggalkan oleh wisatawan. Untuk mengatasi masalah itu, Pemerintah Korea Selatan sedang merencanakan uji coba jam malam yang dimulai November dan diterapkan sepenuhnya pada Maret 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut laporan Majalah Farout, selama pemberlakuan jam malam nanti beberapa area di Bukchon tidak akan mengizinkan pengunjung masuk mulai pukul 17.00 hingga 10.00 waktu setempat di hari berikutnya.

Wisatawan yang melanggar aturan tersebut akan dikenakan denda sekitar Rp 1 juta lebih. Namun, kebijakan itu mendapat tanggapan yang beragam.

ADVERTISEMENT

Pemilik Museum Seni Budaya Asia, Kwon Young-doo, berpendapat bahwa aturan tersebut dapat memberi kesan buruk tentang Korea Selatan kepada para wisatawan.

bukchon hanok villageDesa wisata Bukchon Hanok di Seoul, Korsel. (Feni Novida Saragih/d'Traveler)

Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa langkah sangat diperlukan untuk mengelola dampak pariwisata yang berlebihan. Korea Selatan kini telah serupa dengan sejumlah destinasi wisata populer lainnya yang tengah berupaya mengatasi masalah kepadatan penduduk, baik di area publik maupun kawasan pemukiman.

Beberapa daerah di negara tersebut terpaksa memberlakukan aturan yang lebih ketat terhadap izin penyewaan liburan karena harga sewa yang melambung dan kekurangan perumahan, yang diduga dipicu oleh meningkatnya pariwisata.

Beberapa kota juga telah memberlakukan denda terhadap wisatawan yang berperilaku tidak pantas seperti berjalan tanpa pakaian atau mengonsumsi minuman keras di tempat umum.

Baru-baru ini protes juga terjadi wilayah San Sebastian di Spanyol, sebagai bagian dari gerakan nasional 'Oktober Melawan Pariwisata'. Di mana warga setempat membentangkan spanduk dengan pesan-pesan yang kuat mengenai kekhawatiran mereka terhadap dampak negatif dari pariwisata.




(upd/fem)

Hide Ads