Wisata sejarah di Jakarta tidak hanya ada di Kota Tua. Kamu bisa datang ke Stasiun Tanjung Priok yang punya segudang cerita sejarah yang menarik.
Menuju ke sini pun tak sulit. Kamu bisa naik dari Stasiun Jakarta Kota dan ambil rute menuju Stasiun Tanjung Priok. Waktu tempuh perjalanan sekitar 25 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesampai di Stasiun Tanjung Priuk kamu akan disambut oleh overkaping atau atap peron yang melengkung. Tak lengkap bila tak mengabadikan momen instagramable ini di peron sepanjang 300 meter ini.
Bila kamu ingin tahu tentang sejarah singkat Stasiun Tanjung Priok, kamu bisa temukan di papan yang berada di depan bangunan stasiun. Disebutkan di sana Stasiun Tanjung Priok dahulunya dibangun tepat berada di atas dermaga Pelabuhan Tanjung Priok dan diresmikan pada 2 November 1885.
Tertulis bahwa aktivitas di Stasiun Tanjung Priok sepanjang abad ke 19-20 terus meningkat. Area pelabuhan pun diperluas dan stasiun pun digusur. Sebagai gantinya pada tahun 1914 di sebelah Halte Sungai Lagoa dibangun stasiun baru oleh Staatsspoorwegen, perusahan kereta api Negara Hindia Belanda. Bangunan ini dirancang oleh Ir C.W.Koch Hoofdingernieur SS.
Peresmian Stasiun Tanjung Priok penggunaanya tepat pada ulang tahun ke-50 Staatsspoorwegen, tanggal 6 April 1925 dan bersamaan dengan peluncuran pertama kereta listrik rute Tanjung Priok-Jatinegra. Disebutkan juga bahwa Stasiun Tanjung Priok memiliki gaya arsitektur art deco dengan desain geometri pada bangunan serta model atap lengkung berbahan baja di bagian atap peron.
Stasiun Tanjung Priok sempat tidak dioperasikan sejak Juni 1999 dan baru diaktifkan kembali pada 13 April 2009. Selain melayani keberangkatan dan kedatangan Kereta Api Angkutan Barang, stasiun juga melayani KRL dan kereta lokal.
Bangunan bergaya art deco ini masih begitu megah di usianya yang telah lebih dari 100 tahun. Berwarna cat putih, geometris di setiap sisinya, tidak ada atap dan bangunannya yang tinggi membuatnya begitu mencolok di antara bangunan yang berada di Tanjung Priuk.
Lalu lalang bus, angkot, kendaraan pribadi, dan TransJakarta menghiasi kesibukan aktivitas menuju Stasiun Tanjung Priok. Barisan abang-abang ojek menyapa penumpang yang keluar stasiun untuk menawarkan jasanya.
Konon menurut sejarah, Stasiun Tanjung Priok dahulunya memiliki restoran di setiap ruang tunggunya. Juga ada bar dan lantai dansa yang membuat nyaman para kaum ningrat dan Belanda yang menunggu kereta.
Disebutkan juga bahwa ruang tunggu warga pribumi dipisah dengan kaum ningrat dan Belanda. Memang, kelas sosial begitu sangat menonjol dahulunya.
Di Stasiun Tanjung Priok juga terdapat bunker peninggalan Belanda yang penuh teka-teki. Dan salah satu bunker itu berada di bawah restoran. Tepatnya di bawah dapur restoran untuk kaum bangsawan.
Selain sebagai cagar budaya, Stasiun Tanjung Priok melayani kereta KRL dan lokal. Kereta KRL melayani rute Tanjung Priuk-Jakarta Kota. Sedangkan untuk kereta lokal melayani rute Tanjung Priuk-Purwakarta.
Jangan lewatkan kesempatan hunting foto saat berada di dalam stasiun ya. Namun perlu kamu perhatikan, bahwa dilarang masuk ke dalam peron kereta jika belum ada waktunya. Jadi traveler bisa mengambil foto saat turun dari kereta atau naik, atau menjepretnya dari ruang tunggu.
Sering juga Stasiun Tanjung Priok menjadi tempat untuk pre-wedding lho. Jika traveler berimnat, harus mendapatkan izin dahulu ke pihak KAI dan membayar sewa lokasi sebesar Rp 1,5 juta per jamnya.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol