Menantikan sunrise ditemani dengan dinginnya udara di Bromo, membuat siapapun yang pernah berkunjung, akan memutuskan untuk kembali. Rindu selalu!
Pukul 02.00 WIB saya dan kawan-kawan menembus dinginnya kota Malang menggunakan jeep. Suhu saat itu berkisar 21 derajat celcius. Baju belapis, jaket tebal, juga sepatu sudah melekat di tubuh. Kalau sudah begitu, kemana lagi tujuannya kalo bukan ke gunung dengan julukan 'The Famous Sunrise'?
Siapa yang tidak kenal tempat ini? Siapa yang tidak ingin berkunjung ke sini meski itu untuk kesekian kalinya? Dijamin, semua orang pasti ingin ke Bromo. Yang sudah pernah, pasti mau kembali lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan ditempuh kurang lebih 3 jam via Tumpang, yang sudah pernah lewat jalur ini, kalian hebat. Jalanannya ekstrim banget ternyata. Sebelum masuk ke kawasan TNBTS, kami membayar tiket retribusi terlebih dahulu. Di gerbang masuk, kalian akan menemukan orang-orang yang menawarkan topi, masker, syal kalau seumpama kalian tidak membawanya.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya kami sampai juga di Bukit Kingkong. Saat itu penanjakan 1 sedang ditutup, jadi kami tidak bisa sampai ke atas. Tapi tidak apa-apa, kalau memang indah, mau dari sudut manapun akan tetap indah.
Sudah hampir pukul 05.00 WIB, kami dan ratusan wisatawan lainnya masih sabar menunggu matahari terbit ditemani suhu 12 derajat celcius. Dan matahari mulai muncul sedikit malu-malu. Namun sayang, saat itu cuaca sedikit mendung. Memang kurang beruntung, tapi Bromo tetap cantik dipandang.
Setelah dirasa cukup puas, kami turun menuju kawah Bromo. Ratusan jeep sudah berjejer di bawah sana. Di sini kalian bisa menyewa kuda untuk naik ke kawah Bromo, tapi tidak sampai. Tarif yang dipatok kurang lebih Rp 150.000-an.
Tapi disarankan untuk berjalan kaki saja, selain menghemat pengeluaran, kalian juga bisa memperpanjang waktu. Jarak dari parkiran jeep ke anak tangga agak lumayan jauh. Oh iya, di tengah perjalanan ada pura yang masih digunakan oleh masyarakat suku Tengger lho.
Kalau mau liat kawah Bromo, kalian harus naik tangga lagi, lumayan tinggi. Disarankan untuk bawa minum biar tidak dehidrasi selama naik.
Tempat selanjutnya adalah pasir berbisik. Hamparan pasir hitam disini juga bagus untuk mengabadikan momen. Jangan lupa untuk selalu berhati-hati ya, karena bisa saja pasir yang disapu oleh angin membuat mata kalian kelilipan. Untuk menghindari hal tersebut, kalian bisa gunakan masker dan kacamata.
Tempat selanjutnya yang jangan dilewatkan adalah bukit teletubbies. Padang savananya indah sekali, kebetulan saat kami ke sana, savananya sedang berwarna hijau. Mungkin selain fenomena matahari terbitnya yang indah, bukit teletubbies juga jadi salah satu faktor kenapa Bromo selalu dirindukan.
Nah, buat kalian yang mau kesana mudah banget, lho. Sudah banyak jasa travel yang menyediakan paket wisata open trip ke sana dengan harga yang beragam, tinggal kalian saja yang menentukan mau yang murah atau tidak. Selain itu, banyak jasa travel yang juga menyediakan private trip jika kalian benar-benar ingin menghabiskan waktu tanpa diganggu orang lain.
Kalau dari pengalaman ini kami menggunakan open trip, satu orangnya Rp 300 ribu. Itu sudah termasuk penjemputan di Malang (hotel), makan, tiket masuk, tip driver dll (biasanya dijelaskan oleh travel tersebut).
Pokoknya kalian tinggal berangkat, tapi kalau untuk pengeluaran pribadi kalian tetap bayar sendiri. Oh iya, fasilitas di sana pun udah termasuk lengkap, ada toilet, musala, warung. Kondisi kesehatan juga diperhatikan ya kalau mau ke Bromo, biar sampai sana nggak sia-sia cuma di dalam jeep. Rugi!
---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Rizna Feramerina dan sudah tayang di d'Travelers Stories.
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol