Christine Klappertaart menjadi penganan yang harus dicicipi saat menuju wisata Manado. Juga, menjadi oleh-oleh yang wajib dibawa pulang.
Berkunjung ke Manado belum komplet kalau tidak mencicipi klappertaart. Jenama paling populer untuk urusan makanan dari bahan kelapa muda itu adalah Christine Klappertaart.
"Kami memiliki delapan varian rasa. Yang paling terfavorit tetap yang original," kata Elsje Crestine Sumangkut pemilik toko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Crestine bilang delapan pilihan rasa itu original, coklat, blueberry, keju, nutella, durian, mocca, dan capuccino. Di sini tersedia empat ukuran berbeda yang bisa dipilih sesuai kantong dan keinginan traveler, mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 200 ribu.
Terdampak Pandemi, Perbanyak Produk Lain
Christine Klappertaart turut terimbas pandemi virus Corona. Crestine bilang jika biasanya bisa menghabiskan 300 butir kelapa muda per hari, selama pandemi paling banyak cuma 200 butir. Bahkan, di awal pandemi Crestine bilang cuma memproduksi klappertaart paling banyak dari 50 butir kelapa.
Situasi itu dipengaruhi sepinya wisatawan dan berkurangnya penerbangan ke daerah lain. Sehingga, mereka tidak dapat mengirim pesanan keluar daerah.
"Terlalu berisiko untuk menerima pesanan di luar daerah karena penerbangan belum normal. Padahal, klappertaart cuma tahan sehari karena kami tidak menggunakan pengawet," kata Crestine.
Makanya, penjualan secara online dianggapnya bukan sebuah solusi. Crestine bilang mau tidak mau dia harus memproduksi makanan yang harganya lebih terjangkau ketimbang memaksakan membuat klappertaart.
"Klappertaart kan harganya lumayan tinggi, ya. Nah, untuk menyiasatinya kami bikin roti dan kue yang lebih terjangkau," ujar Crestine.
Dengan penurunan jumlah produksi, Crestine juga mengurangi jumlah karyawan. Sebelum pandemi, dia mempekerjakan 16 pegawai. namun kini tinggal sembilan orang. Bahkan, sebelumnya sempat cuma tersisa enam orang.
"Saat ini, pegawai yang adapun cuma mendapatkan gaji UMR, kami belum bisa memberikan lebih," kata dia.
Crestine berharap pandemi bisa segera diatasi sehingga jumlah wisatawan ke Manado kembali pulih. Begitu pula dengan frekuensi penerbangan.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!