Desa Tenganan Pengringsingan bukan hanya menjadi desa Bali Aga, tetapi juga menyimpan keunikan pada budaya dan adat istiadatnya. Ternyata, desa ini berawal dari kuda persembahan yang hilang.
Tamping Takon Tebenan Desa Tenganan I Putu Suarjana menyebut bahwa awal mula masyarakat Desa Tenganan Pengringsingan di Karangasem yang ada itu berasal dari Gianyar, tepatnya dari Bedahulu atau Bedulu. Suatu ketika, Raja Bedahulu bernama Mayadenawa melaksanakan Aswamedha Yadnya dengan kurban seekor kuda berbulu putih bernama Oncesrawa.
Pada saat kuda Oncesrawa akan digunakan sebagai kurban, ternyata kuda tersebut hilang. Mengetahui hal tersebut, diperintahkanlah Wong Peneges untuk mencari kuda Oncesrawa yang menghilang.
Wong Peneges membagi rombongan, ada yang mencari ke arah timur, barat, dan utara. Ternyata yang menemukan adalah Wong Peneges yang pergi ke arah timur tepatnya di Pesisir Candi Dasa. Namun, kuda Oncesrawa sudah dalam keadaan mati.
![]() |
Baca juga: Desa Tenganan Anti Poligami |
Karena telah berhasil menemukan kuda Oncesrawa, Dewa Indra memberikan hadiah kepada Wong Peneges. Sejauh mana bau bangkai kuda Oncesrawa dicium maka seluas itu daerah yang bisa ditempati oleh Wong Peneges.
Mendengar hal tersebut, Wong Peneges akhirnya memotong bangkai kuda Oncesrawa dan membuang potongan-potongan tersebut ke segala arah yang berjauhan, sehingga bau yang dihasilkan bisa lebih luas dan dapat menguasai daerah yang lebih luas.
Potongan-potongan kuda tersebut saat ini menjadi simbol 34 tempat suci di Desa Tenganan dan muncullah luas Desa Tenganan sebesar 917,200 hektar.
Kakidukun, tempat suci yang bentuknya menyerupai phallus (kemaluan) kuda dalam keadaan tegak. Konon apabila ada sepasang suami istri belum memperoleh keturunan dalam perkawinannya maka mereka mohon ke tempat suci Kakidukun, agar bisa mempunyai keturunan.
Batu Taikik, tempat suci berbentuk monolith yang dianggap sebagai bekas isi perut atau kotoran kuda Oncesrawa. Tempat suci ini terletak di bagian utara Desa Tenganan.
Penimbalan, tempat suci berbentuk monolith yang dianggap sebagai bekas pahanya kuda Oncesrawa dan terletak di Bukit Papuhur, bagian barat Desa Tenganan.
![]() |
Batu Jaran, tempat suci yang dianggap sebagai bekas matinya kuda Oncesrawa dan terletak di bagian utara Desa Tenganan.
Setelah diberikan izin untuk menetap di wilayah dengan luas 917,200 hektar tersebut, Wong Peneges mulai mendirikan sebuah desa di tengah-tengah tiga bukit, yaitu bukit di sebelah timur (bukit kangin), bukit di sebelah barat (bukit kauh), dan bukit di sebelah utara (bukit kaja). Karena lokasinya yang terletak di antara tiga bukit ini, desa ini kemudian dinamai "Tengahan," dan seiring berjalannya waktu, nama ini berubah menjadi "Tenganan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Bali Aga itu merujuk bahasa India. Dalam bahasa India, Aga adalah pegunungan. Jadi Bali Aga adalah Bali pegunungan. Sebutan Bali Aga juga dikarenakan Desa Tenganan adalah salah satu desa yang tidak terpengaruh oleh kehidupan Kerajaan Majapahit.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol